Ketua Komunitas Lestari Alam Laut untuk Negeri (Latun) Bengkulu, Ari Anggoro mengatakan, konservasi penyu di Bengkulu perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah terutama dalam penyediaan fasilitas penangkaran.

Ari mengatakan, pengembangbiakan satwa dilindungi ini harus jadi fokus bersama dalam membangun kawasan wisata berbasis ekosistem laut. 

"Selama ini kondisi penangkaran penyu maupun habitat asli dalam bertelur terganggu oleh bisingnya aktivitas manusia. Artinya, jika memang pemerintah serius mendukung konservasi penyu hijau yang banyak ditemui di perairan Bengkulu, harus ada penempatan tematik antara pusat wisata dan ekowisata," kata Ari di Bengkulu, Sabtu.

Sejak digagas pada awal tahun 2017, Latun telah menangkar tukik mencapai 3.000 ekor.

Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) wilayah Bengkulu, dalam kesempatan memperingati Hari Oeang Republik Indonesia (HORI) ke-74, melepasliarkan 20 tukik dan 5 indukan penyu hasil konservasi di Pantai Tapak Paderi, Kota Bengkulu.

Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan Bengkulu Ismed Saputra, mengatakan, momentum HORI pada kondisi pandemi COVID-19 menjadikan aktivitas wisata sektor laut di wilayah ini terdampak akibat sepinya pengunjung.  

Hal ini menjadikannya waktu yang tepat untuk pengembangan konservasi penyu di habitat aslinya dan pusat ekowisata di wilayah ini.

Menurutnya, perlindungan habitat penyu dan pengembangan ekowisata fauna dilindungi ini sebagai potensi yang tak banyak dimiliki daerah lain.

"Tiga lokasi berkembangbiak penyu hijau ini sebagai bentuk potensial ekowisata. Wilayah konservasi sudah seharusnya dikembangkan sebagai upaya perlindungan dan percepatan kembang biak penyu agar terhindar dari kepunahan," kata Ismed.

Pewarta: Bisri Mustofa

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020