Malang (Antara Bengkulu) - Festival Seribu Topeng yang dipadu dengan tarian dengan melibatkan 44 grup berasal dari berbagai sekolah di Kota Malang untuk memperingati Hari Tari Sedunia dan Hari Musik se-Indonesia.
Anggota Panitia Festival Seribu Topeng I Wayan Dasna di Malang, Senin, mengatakan peserta festival 44 grup mulai dari SMP hingga Perguruan Tinggi.
Setiap grup beranggotakan 25 orang penari topeng sehingga jumlah keseluruhan mencapai 1.200 penari topeng.
"Jumlah peserta festival tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya sekitar 700 orang peserta. Hanya saja, dari 44 grup yang tampil ini, nanti yang akan diloloskan sebagai pemenang hanya enam grup," kata I Wayan yang juga Wakil Rektor IV UM di sela acara itu.
Aspek yang dinilai juri, katanya, cukup banyak, di antaranya keserasian gerak, harmonisasi, dan dinamika yang ditampilkan peserta di hadapan juri masing-masing dua menit.
Wali Kota Malang Peni Suparto berharap melalui Festival Seribu Topeng tersebut generasi muda bisa membantu untuk melestarikan kekayaan budaya di Tanah Air.
"Dengan mempelajari dan mendalami tari tradisional ini, generasi muda akan berperan serta dalam melestarikan budaya nusantara," katanya.
Oleh karena itu, kata Peni, festival tari dengan seribu topeng itu bisa menjadi agenda wisata tahunan di Kota Malang. Tari topeng, khususnya Topeng Malangan, lahir dari Malang untuk Indonesia, sehingga harus dilestarikan.
Festival tersebut tidak hanya digelar di area kampus UM, akan tetapi para penari juga diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat di sepanjang Jalan Bandung, Simpang Balapan, dan berakhir di Jalan Ijen (depan Perpustakaan Kota Malang).
Juri yang dilibatkan dalam Festival Seribu Topeng itu adalah Suryo Widominarto dari UM, Sumantri (salah seorang tokoh seniman), dan Parsohadi dari Dinas Pariwisata Jatim.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kota Malang juga menggelar Festival Padang Bulan yang menampilkan berbagai jenis tari tradisional berasal dari sejumlah sanggar tari di Kota Malang. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Anggota Panitia Festival Seribu Topeng I Wayan Dasna di Malang, Senin, mengatakan peserta festival 44 grup mulai dari SMP hingga Perguruan Tinggi.
Setiap grup beranggotakan 25 orang penari topeng sehingga jumlah keseluruhan mencapai 1.200 penari topeng.
"Jumlah peserta festival tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya sekitar 700 orang peserta. Hanya saja, dari 44 grup yang tampil ini, nanti yang akan diloloskan sebagai pemenang hanya enam grup," kata I Wayan yang juga Wakil Rektor IV UM di sela acara itu.
Aspek yang dinilai juri, katanya, cukup banyak, di antaranya keserasian gerak, harmonisasi, dan dinamika yang ditampilkan peserta di hadapan juri masing-masing dua menit.
Wali Kota Malang Peni Suparto berharap melalui Festival Seribu Topeng tersebut generasi muda bisa membantu untuk melestarikan kekayaan budaya di Tanah Air.
"Dengan mempelajari dan mendalami tari tradisional ini, generasi muda akan berperan serta dalam melestarikan budaya nusantara," katanya.
Oleh karena itu, kata Peni, festival tari dengan seribu topeng itu bisa menjadi agenda wisata tahunan di Kota Malang. Tari topeng, khususnya Topeng Malangan, lahir dari Malang untuk Indonesia, sehingga harus dilestarikan.
Festival tersebut tidak hanya digelar di area kampus UM, akan tetapi para penari juga diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat di sepanjang Jalan Bandung, Simpang Balapan, dan berakhir di Jalan Ijen (depan Perpustakaan Kota Malang).
Juri yang dilibatkan dalam Festival Seribu Topeng itu adalah Suryo Widominarto dari UM, Sumantri (salah seorang tokoh seniman), dan Parsohadi dari Dinas Pariwisata Jatim.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kota Malang juga menggelar Festival Padang Bulan yang menampilkan berbagai jenis tari tradisional berasal dari sejumlah sanggar tari di Kota Malang. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013