Damaskus (Antara Bengkulu) - Satu pemboman di jantung kota Damaskus menewaskan sedikitnya 13 orang pada Selasa sementara Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan dia tidak akan terburu-buru bertindak atas dugaan-dugaan bahwa Suriah menggunakan senjata kimia.

Serangan di distrik Marjeh terjadi sehari setelah Perdana Menteri Wael al-Haqi selamat dari satu pemboman mobil di kawasan dekat ibu kota Suriah itu.

Sementara itu Rusia melarang pesawat-pesawat sipilnya terbang ke wilayah udara Suriah setelah awak dari pesawat diberitakan mendapat ancaman di negara yang dilanda perang itu.

Obama memperingatkan untuk tak terburu-buru mengambil penilaian atas penggunaan senjata kimia oleh Suriah tetapi mengatakan bukti penggunaan senjata itu akan mendorong dirinya "untuk mempertimbangkan" keengganannya menggunakan kekuatan militer.

"Saya harus yakin saya harus punya fakta. Itulah apa yang rakyat Amerika akan pertimbangkan," katanya dalam jumpa pers di Gedung Putih.

"Kalau saya bisa katakan bahwa tidak hanya Amerika Serikat tetapi juga komunitas internasional merasa yakin akan adanya penggunaan senjata kimia oleh rezim (Bashar) al-Assad, maka permainan berubah," katanya memperingatkan.

Televisi negara melaporkan ledakan bom paling akhir di Damaskus menewaskan 13 orang dan mencederai 70 lainnya, dan menyalahkan para teroris pengecut -- istilah yang digunakan rezim itu untuk pemberontak yang bertempur untuk menggulingkan Presiden Bashar.

Kelompok hak asasi manusia The Syrian Observatory for Human Rights melaporkan 14 orang meninggal, termasuk sembilan warga sipil dan lima personel militer dalam serangan itu dekat gedung lama Kementerian Dalam Negeri.

Televisi resmi memperlihatkan asap membubung di tempat kejadian dengan kaca-kaca di kementerian itu pecah dan berserakan, satu kompleks bisnis rusak berat dan mobil-mobil rusak.

Bagian-bagian tubuh korban meninggal terlihat di jalan dan satu sedikitnya satu jasad ditutup kain putih diletakkan di satu ambulan.

Pasukan keamanan yang berseragam dan yang tak berseragam terlihat berlari dekat tempat kejadian sementara warga melarikan diri.

"Apa salah kami? saya akan kerja. Lihat jasad-jasad. Apakah ini kebebasan yang mereka inginkan?" kata seorang pejalan kaki kepada media negara itu.

Pada Senin, satu bom mobil menyasar konvoi Haqi ketika melintasi  wilayah Mazzeh, menewaskan sati orang pengawalnya dan lima orang lain, kata kelompok hak asasi itu.

Haqi, yang dipilih sebagai perdana menteri pada Agustus 2012 setelah pendahulunya Riad Hijab membelot ke kelompok oposisi, termasuk pejabat yang menjadi sasaran untuk dibunuh.
 
Penerjemah: M. Anthoni

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013