Kalangan petani sayuran di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu berharap harga jual aneka sayuran di daerah itu bisa kembali normal setelah hampir sebulan anjlok.

"Kami berharap harga sayuran ini dapat kembali normal, saat ini harga sayuran sedang anjlok bahkan tidak laku, apalagi saat ini sedang krisis akibat corona sehingga posisi kami semakin terjepit," kata Ade (26), petani sayuran yang ada di Desa Karang Jaya, Kecamatan Selupu Rejang, Kamis.

Dijelaskan dia, murahnya harga jual aneka sayuran di wilayah itu membuat kondisi perekonomian mereka semakin terpuruk, karena lahan yang mereka garap adalah lahan sewaan bukan milik sendiri. Selain itu mereka juga harus membeli pupuk dan obat-obatan pertanian yang harganya cukup mahal.

Adapun harga jual aneka sayuran ditingkat petani saat ini kata dia, antara lain kol bulat berkisar Rp150-200 per kg, dan harga jual di gudang berkisar Rp600-700 per kg. Kemudian daun bawang Rp700 dari sebelumnya berkisar Rp3.000 per kg, tomat Rp1.000 per kg.

Selanjutnya terong ungu Rp500 dari sebelumnya Rp1.500 per kg, brokoli Rp4.000 per kg dari Rp7.000 per kg, kol kembang Rp2.500 per kg dari 7.000 per kg.

"Cuma untuk sawi putih saja harganya mulai membaik yakni dikisaran Rp1.300-1.800 per kg tergantung dengan kualitasnya. Harga sawi ini mulai naik sejak dijadikan pakan ikan oleh petambak di wilayah Kota Bengkulu, kalau sebelumnya cuma dihargai sekitar Rp200 per kg bahkan tidak laku di jual," terangnya.

Sedangkan untuk harga jual cabai hijau kata dia, ditingkat petani cukup lumayan tinggi yakni dikisaran Rp9.000 per kg, dan untuk cabai merah berkisar Rp24.000 per kg. Harga jual cabai ini mengalami kenaikan sejak sepekan lalu setelah beberapa bulan anjlok.

Sementara itu, Hardi (40), petani sayuran lainnya yang ada di Desa Karang Jaya mengatakan, selain harga jual aneka sayuran yang rendah mereka juga saat ini dihadapkan permasalahan kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi serta adanya serangan hama penyakit.

"Kalau bisa harga sayuran ini normal kembali, sehingga kami bisa mendapatkan keuntungan dan bisa membayar sewa lahan maupun pembelian pupuk maupun obat-obatan pertanian. Kalau tidak ada pupuk dan obat-obatan pertanian hasil dari kebun kami tidak akan optimal," jelasnya.

Dilain tempat, Sriyati (40) salah seorang pedagang pengepul sayuran di Kecamatan Selupu Rejang menyebutkan, anjloknya harga jual aneka sayuran di daerah itu akibat rendahnya permintaan pasar terutama di Kota Palembang, Sumsel dan kota-kota lainnya.

"Saat ini permintaan pasar di Palembang dan daerah lainnya sedang turun, kemudian daerah tujuan pemasaran ini juga dibanjir oleh sayuran yang datang dari Jambi, Medan dan Padang. Akibatnya harga jual sayuran anjlok, karena barang banyak sedangkan permintaan sedikit," terangnya.

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020