Sebanyak 102 pelajar SMP di Kabupaten Buleleng, Bali, belajar menulis di atas lontar untuk mempertahankan dan melestarikan warisan budaya leluhur itu, kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara.
"Mereka belajar melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Buleleng dengan dua metode, yakni daring dan luring. Pelatihan secara langsung, dilaksanakan di Gedung Sasana Budaya Singaraja,” kata dia di sela-sela pelatihan itu di Singaraja, Kamis.
Ia mengatakan pelatihan ini juga untuk memberikan edukasi kepada generasi muda, khususnya tentang nilai budaya dan kearifan lokal berupa manuskrip.
“Buleleng sendiri memiliki Museum Gedong Kirtya yang dikenal sebagai satu-satunya museum lontar yang ada di Bali. Museum yang sudah memiliki reputasi dan dikenal hingga mancanegara,” katanya.
Dody melanjutkan para pelajar SMP penting mengenal cara menulis di atas daun lontar yang benar. Setelah mengenal dengan baik, maka mereka akan sayang dan peduli dengan khasanah budaya, utamanya manuskrip tulisan di atas daun lontar.
“Kegiatan ini secara rutin akan digelar setiap tahun,” katanya.
Pelatih yang dilibatkan dalam kesempatan ini dua orang. Satu pelatih mengajar dalam satu hari.
“Hari ini yang melatih yakni I Gusti Bagus Sudiasta asal Desa Bungkulan, yang juga diketahui sebagai eks-Kepala Museum Gedong Kirtya. Hari berikutnya, Ni Made Ari Dwijayanti dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja,” kata Gede Dody.
Di tempat terpisah, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan Museum Gedong Kirtya nantinya dijadikan pusat penelitian lontar kuno.
Bahkan, koleksi Gedong Kirtya menjadi rujukan para pemikir di Bali dan di dunia sehingga kegiatan pengenalan lontar harus terus dikembangkan.
"Ini sangat penting, bagaimana kita bisa menggali pelajaran dari leluhur kita yang tertuang di lontar-lontar tersebut. Karena masih banyak hal-hal yang perlu kita ketahui dari peninggalan leluhur untuk mempertahankan warisan budaya leluhur kita,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Mereka belajar melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Buleleng dengan dua metode, yakni daring dan luring. Pelatihan secara langsung, dilaksanakan di Gedung Sasana Budaya Singaraja,” kata dia di sela-sela pelatihan itu di Singaraja, Kamis.
Ia mengatakan pelatihan ini juga untuk memberikan edukasi kepada generasi muda, khususnya tentang nilai budaya dan kearifan lokal berupa manuskrip.
“Buleleng sendiri memiliki Museum Gedong Kirtya yang dikenal sebagai satu-satunya museum lontar yang ada di Bali. Museum yang sudah memiliki reputasi dan dikenal hingga mancanegara,” katanya.
Dody melanjutkan para pelajar SMP penting mengenal cara menulis di atas daun lontar yang benar. Setelah mengenal dengan baik, maka mereka akan sayang dan peduli dengan khasanah budaya, utamanya manuskrip tulisan di atas daun lontar.
“Kegiatan ini secara rutin akan digelar setiap tahun,” katanya.
Pelatih yang dilibatkan dalam kesempatan ini dua orang. Satu pelatih mengajar dalam satu hari.
“Hari ini yang melatih yakni I Gusti Bagus Sudiasta asal Desa Bungkulan, yang juga diketahui sebagai eks-Kepala Museum Gedong Kirtya. Hari berikutnya, Ni Made Ari Dwijayanti dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja,” kata Gede Dody.
Di tempat terpisah, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan Museum Gedong Kirtya nantinya dijadikan pusat penelitian lontar kuno.
Bahkan, koleksi Gedong Kirtya menjadi rujukan para pemikir di Bali dan di dunia sehingga kegiatan pengenalan lontar harus terus dikembangkan.
"Ini sangat penting, bagaimana kita bisa menggali pelajaran dari leluhur kita yang tertuang di lontar-lontar tersebut. Karena masih banyak hal-hal yang perlu kita ketahui dari peninggalan leluhur untuk mempertahankan warisan budaya leluhur kita,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020