Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia mencatat jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia akibat COVID-19 terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Indonnesia.
"Ini merupakan salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita COVID-19, baik yang dirawat maupun yang OTG (Orang Tanpa Gejala)," ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr. Adib Khumaidi SpOT melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data yang dihimpun Tim Mitigasi PB IDI, dari Maret hingga pertengahan Desember 2020, terdapat total 369 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi virus corona yang terdiri dari 202 dokter dan 15 dokter gigi, dan 142 perawat. Sebelumnya pada awal Desember sebannyak 342 tenaga medis yang meninggal dunia.
Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 107 dokter umum (4 guru besar), dan 92 dokter spesialis (7 guru besar), serta 2 residen, dan 1 dalam verifikasi yang keseluruhannya berasal dari 24 IDI Wilayah (provinsi) dan 92 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Jawa Timur menjadi provinsi dengan angka kematian tenaga kesehatan tertinggi yaitu 41 dokter, 2 dokter gigi, dan 40 perawat. Sementara DKI Jakarta tercatat ada 32 dokter, 5 dokter gigi dan 21 perawat yang wafat akibat COVID-19.
PB IDI menilai Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang baru saja selesai juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan virus corona.
"Kami mengimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktivitas yang melibatkan berkerumunnya massa. Dan bagi setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan testing meskipun juga tanpa gejala," kata Adib.
Tim Mitigasi IDI berharap para pemimpin daerah yang terpilih untuk memprioritaskan penanganan pandemi COVID-19 dengan meningkatkan upaya preventif dan kemampuan layanan fasilitas kesehatan seraya melindungi para tenaga medis dan kesehatan.
Selain itu, meskipun vaksin sudah tersedia, Tim Mitigasi IDI juga mengajak masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan semaksimal mungkin untuk tetap terlindungi. Hal itu disebabkan karena situasi penularan virus corona di Indonesia saat ini dianggap sudah tidak terkendali.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Dr.drg. Hananto Seno, SpBM(K),MM, mengimbau masyarakat memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya untuk menghindari penularan virus corona.
"Selain menjaga imunitas tubuh, perlu diperhatikan juga kebersihan mulut dan gigi terutama mengingat penularan utama COVID-19 adalah melalui droplet atau cairan dari mulut. Tetap gunakan masker baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, rajin mencuci tangan, dan jaga jarak," ingatnya.
Harif Fadhilah, S.Kp, SH, M.Kep, MH selaku Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menjelaskan bahwa berdasarkan data, selain perawat yang bertugas di Rumah Sakit, para petugas kesehatan (perawat) yang bertugas di Puskesmas merupakan yang gugur terbanyak kedua.
Hal ini menandakan bahwa Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama masih memiliki perlindungan yang kurang memadai bagi tenaga kesehatan.
"Kami berharap pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Dinas Kesehatan daerah setempat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan Puskesmas juga meningkatkan perlindungan di fasilitas kesehatan tersebut dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan jumlah yang memadai serta perlengkapan fasilitas lainnya untuk mengatasi jumlah lonjakan pasien COVID-19 yang saat ini banyak terjadi di hampir semua wilayah di Indonesia," ujar Harif.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Ini merupakan salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita COVID-19, baik yang dirawat maupun yang OTG (Orang Tanpa Gejala)," ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr. Adib Khumaidi SpOT melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data yang dihimpun Tim Mitigasi PB IDI, dari Maret hingga pertengahan Desember 2020, terdapat total 369 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi virus corona yang terdiri dari 202 dokter dan 15 dokter gigi, dan 142 perawat. Sebelumnya pada awal Desember sebannyak 342 tenaga medis yang meninggal dunia.
Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 107 dokter umum (4 guru besar), dan 92 dokter spesialis (7 guru besar), serta 2 residen, dan 1 dalam verifikasi yang keseluruhannya berasal dari 24 IDI Wilayah (provinsi) dan 92 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Jawa Timur menjadi provinsi dengan angka kematian tenaga kesehatan tertinggi yaitu 41 dokter, 2 dokter gigi, dan 40 perawat. Sementara DKI Jakarta tercatat ada 32 dokter, 5 dokter gigi dan 21 perawat yang wafat akibat COVID-19.
PB IDI menilai Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang baru saja selesai juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan virus corona.
"Kami mengimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktivitas yang melibatkan berkerumunnya massa. Dan bagi setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan testing meskipun juga tanpa gejala," kata Adib.
Tim Mitigasi IDI berharap para pemimpin daerah yang terpilih untuk memprioritaskan penanganan pandemi COVID-19 dengan meningkatkan upaya preventif dan kemampuan layanan fasilitas kesehatan seraya melindungi para tenaga medis dan kesehatan.
Selain itu, meskipun vaksin sudah tersedia, Tim Mitigasi IDI juga mengajak masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan semaksimal mungkin untuk tetap terlindungi. Hal itu disebabkan karena situasi penularan virus corona di Indonesia saat ini dianggap sudah tidak terkendali.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Dr.drg. Hananto Seno, SpBM(K),MM, mengimbau masyarakat memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya untuk menghindari penularan virus corona.
"Selain menjaga imunitas tubuh, perlu diperhatikan juga kebersihan mulut dan gigi terutama mengingat penularan utama COVID-19 adalah melalui droplet atau cairan dari mulut. Tetap gunakan masker baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, rajin mencuci tangan, dan jaga jarak," ingatnya.
Harif Fadhilah, S.Kp, SH, M.Kep, MH selaku Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menjelaskan bahwa berdasarkan data, selain perawat yang bertugas di Rumah Sakit, para petugas kesehatan (perawat) yang bertugas di Puskesmas merupakan yang gugur terbanyak kedua.
Hal ini menandakan bahwa Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama masih memiliki perlindungan yang kurang memadai bagi tenaga kesehatan.
"Kami berharap pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Dinas Kesehatan daerah setempat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan Puskesmas juga meningkatkan perlindungan di fasilitas kesehatan tersebut dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan jumlah yang memadai serta perlengkapan fasilitas lainnya untuk mengatasi jumlah lonjakan pasien COVID-19 yang saat ini banyak terjadi di hampir semua wilayah di Indonesia," ujar Harif.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020