Kairo, (Antara Bengkulu) - Perang urat syaraf antara Mesir dan Ethiopia menyangkut pemanfaatan air Sungai Nil, yang belakangan ini memuncak, mulai mereda setelah kedua pihak menyepakati kerja sama teknik.
       
"Presiden Mesir Mohamed Moursi dan Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn dalam pertemuanya di Addis Ababa pada Sabtu sepakat kerja sama teknik mengenai pemberdayaan air Sungai Nil," kata Juru Bicara Presiden Mesir Ehab Fahmi.
        
Pertemuan kedua pemimpin negara itu dilakukan di sela konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Afrika (African Union/AU) di ibu kota Ethiopia untuk memperingati 50 tahun pembentukan AU, yang dahulu bernama Organisasi Persatuan Afrika (Organization of African Unity/OAU).
        
Selain kerja sama teknik, kedua negara juga sepakat meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang mencakup ekonomi, perdagangan, investasi, pertanian, pendidikan dan kebudayaan.
        
Dalam kesempatan itu, Presiden Moursi mengundang PM Hailemariam Desalegn untuk melakukan kunjungan resmi ke Mesir, sebaliknya Moursi juga diundang untuk kunjungan resmi ke Ethiopia untuk penguatan hubungan bilateral.
        
"PM Hailemariam Desalegn menyambut hangat undangan Bapak Presiden untuk berkunjungan ke Mesir dalam waktu dekat," kata Fahmi.
         
Moursi telah dua kali berkunjung ke Ethiopia sejak menjabat presiden pada akhir Juni 2012 menyusul lawatan serupa untuk menghadiri KTT AU pada Juli tahun silam.
        
Dalam lawatan kali ini, Presiden Moursi didampingi beberapa menteri termasuk Menteri Urusan Air dan Irigasi Mohamed Bahaeddin dan sejumlah penguasaha, ujar Ehab Fahmi.
       
Mesir dan Ethiopia belakangan ini bersitegang dengan masalah air Sungai Nil terkait dengan pembangunan bendungan raksasa, Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) di Ethiopia yang dikhawatirkan bakal berdampak pada berkurangnya volume air di Sungai Nil di Negeri Piramida itu.
       
Menjelang lawatan Moursi tersebut, Mesir dikagetkan dengan laporan bahwa pemerintah Ethiopia telah memberi wewenang kepada perusahaan listrik milik negara Israel (Israel Electric Corporation/IES) untuk mengelola dan distribusi listrik di Ethiopia yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air.
       
Sebelumnya, Mesir mencurigai peran Israel dalam pengelolaan bendungan di Ethiopia yang dikhawatirkan bakal dimanfaatkan oleh negara Yahudi itu sebagai posisi tawar untuk menekan Mesir. (*)

Pewarta: Munawar Saman Makyanie

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013