Washington (ANTARA) - Lebih dari 50 anggota parlemen Amerika Serikat mengirim surat kepada Presiden Joe Biden pekan ini untuk mendesak pemerintahannya agar dapat menggunakan semua cara guna menghalangi pemerintah Israel melancarkan operasi ofensif di Rafah.
"Kami menulis dengan mendesak untuk mengatakan: invasi ofensif ke Rafah oleh Israel dalam beberapa hari mendatang sepenuhnya tidak dapat diterima," kata surat itu, yang dirilis Kamis (2/5).
"Kami mendesak Anda untuk menggunakan undang-undang dan kebijakan yang ada untuk segera menahan bantuan militer tertentu yang bersifat ofensif kepada pemerintah Israel, termasuk bantuan yang bersumber dari undang-undang yang telah ditandatangani menjadi undang-undang, untuk mencegah serangan skala penuh terhadap Rafah," lanjutnya.
Baca juga: Serangan Rafah akan musnahkan kans normalisasi hubungan Israel-Saudi
Pada Selasa (30/4), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan memasuki Rafah untuk memerangi organisasi Palestina, Hamas, dengan atau tanpa kesepakatan mengenai sandera.
Israel tidak punya pilihan lain selain memasuki Rafah, kata Netanyahu.
Pemerintah Israel belum memberikan rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk melindungi warga sipil selama potensi operasi di Rafah, seperti yang diminta pemerintahan Biden, kata surat itu.
Baca juga: MUI minta ICC untuk tidak ragu dalam menangkap Benjamin Netanyahu
Serangan Israel di Rafah berisiko memicu terjadinya "eskalasi spiral" dan menempatkan wilayah tersebut kembali ke jurang konflik yang lebih luas, menurut surat tersebut.
Awal pekan ini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa operasi Israel di Rafah akan menjadi "eskalasi yang tak tertahankan" yang akan membunuh ribuan warga sipil dan memaksa ratusan ribu lainnya mengungsi.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell juga mendesak Israel untuk tidak melancarkan serangan di Rafah.
Baca juga: Turki akan gabung dengan Afsel ajukan kasus genosida Israel ke ICJ
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memberi isyarat kepada Israel bahwa melancarkan serangan di Rafah dapat menghambat upaya normalisasi hubungan dengan Arab Saudi, sebagaimana dilaporkan sejumlah media Israel pada Kamis.
Sebelumnya pada 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel, yang menewaskan hampir 1.200 warga sipil dan personel militer Israel, dan sekitar 240 lainnya diculik.
Sebagai tanggapan atas serangan tersebut, Israel memulai operasi militer di Jalur Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 34.000 orang, menurut otoritas setempat.
Sumber: Sputnik
Puluhan legislator AS desak Biden halangi serangan Israel ke Rafah
Jumat, 3 Mei 2024 13:53 WIB 873