Mukomuko (Antara Bengkulu) - Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, dalam
beberapa tahun terakhir kehilangan sedikitnya lima komoditi perkebunan
akibat tingginya alihfungsi lahan untuk tanaman sawit.
"Daerah kita kehilangan lima komoditi, yakni kelapa, kakao, cengkih, kulit manis, dan kopi akibat lahannya digunakan untuk tanaman sawit," kata Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, Budi Yanto, di Mukomuko, Rabu.
Sebelumnya, kata dia, lima komoditi perkebunan tersebut tumbuh subur merata di semua daerah dan menjadi mata pencaharian utama petani.
Seperti tanaman kelapa, semula mendominasi sepanjang pesisir mulai dari Kecamatan Air Rami hingga Lubuk Pinang. Kopi terdapat di Kecamatan Teras Terunjam, Selagan Raya, dan Kecamatan Pondok Suguh.
Sedangkan cengkih banyak dibudidayakan di Kecamatan Teras, Pondok Suguh dan Lubuk Pinang. Kemudian kakao atau cokelat menjadi tanaman utama petani di Kecamatan Pondok Suguh, Teras Terunjam dan sekitarnya.
Sementara, lanjutnya, kulit manis dan kopi tumbuh subur di wilayah jauh dari laut di daerah itu seperti di Kecamatan Selagan Raya dan Teras Terunjam.
Kendati demikian, pihaknya tidak memiliki data luas perkebunan lima komoditi yang hilang tersebut, mengingat arealnya tidak berada dalam satu hamparan dan tidak mungkin didata karena tanamannya sudah hilang dalam beberapa tahun terakhir.
Budi Yanto menjelaskan, lima komoditi perkebunan itu hilang sejak tanaman sawit masuk. Saat itu harga buah sawit tinggi, sehingga mendorong petani beralih budidaya, meninggalkan lima komoditas tersebut.
Selain itu, lanjutnya, harga lima komoditi tersebut juga kalah bersaing dengan tandan buah segar (TBS) sawit.
Ia menerangkan, meskipun lima komoditi itu telah hilang namun petani kebun sawit diharapkan tetap mencari komoditi alternatif di dalam kebun sawitnya agar saat TBS sawit rendah mereka tetap bisa menikmati penghasilan dari budidaya lain.
"TBS sawit harganya tidak selalu tinggi dan masa produksinya sampai 25 tahun, sehingga petani sebaiknya menyiasati dengan tumpang sari jenis tanaman kayu. Dengan demikian setelah masa produksi sawit habis, petani bisa jual komoditi kebun lainnya," pintanya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Daerah kita kehilangan lima komoditi, yakni kelapa, kakao, cengkih, kulit manis, dan kopi akibat lahannya digunakan untuk tanaman sawit," kata Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, Budi Yanto, di Mukomuko, Rabu.
Sebelumnya, kata dia, lima komoditi perkebunan tersebut tumbuh subur merata di semua daerah dan menjadi mata pencaharian utama petani.
Seperti tanaman kelapa, semula mendominasi sepanjang pesisir mulai dari Kecamatan Air Rami hingga Lubuk Pinang. Kopi terdapat di Kecamatan Teras Terunjam, Selagan Raya, dan Kecamatan Pondok Suguh.
Sedangkan cengkih banyak dibudidayakan di Kecamatan Teras, Pondok Suguh dan Lubuk Pinang. Kemudian kakao atau cokelat menjadi tanaman utama petani di Kecamatan Pondok Suguh, Teras Terunjam dan sekitarnya.
Sementara, lanjutnya, kulit manis dan kopi tumbuh subur di wilayah jauh dari laut di daerah itu seperti di Kecamatan Selagan Raya dan Teras Terunjam.
Kendati demikian, pihaknya tidak memiliki data luas perkebunan lima komoditi yang hilang tersebut, mengingat arealnya tidak berada dalam satu hamparan dan tidak mungkin didata karena tanamannya sudah hilang dalam beberapa tahun terakhir.
Budi Yanto menjelaskan, lima komoditi perkebunan itu hilang sejak tanaman sawit masuk. Saat itu harga buah sawit tinggi, sehingga mendorong petani beralih budidaya, meninggalkan lima komoditas tersebut.
Selain itu, lanjutnya, harga lima komoditi tersebut juga kalah bersaing dengan tandan buah segar (TBS) sawit.
Ia menerangkan, meskipun lima komoditi itu telah hilang namun petani kebun sawit diharapkan tetap mencari komoditi alternatif di dalam kebun sawitnya agar saat TBS sawit rendah mereka tetap bisa menikmati penghasilan dari budidaya lain.
"TBS sawit harganya tidak selalu tinggi dan masa produksinya sampai 25 tahun, sehingga petani sebaiknya menyiasati dengan tumpang sari jenis tanaman kayu. Dengan demikian setelah masa produksi sawit habis, petani bisa jual komoditi kebun lainnya," pintanya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013