Bagansiapiapi (Antara Bengkulu) -  Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sharif Cicip Sutardjo dijadwalkan menghadiri perayaan ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau yang dilaksanakan pada 24 Juni 2013.

"Pak menteri sudah menyatakan kesediaannya untuk hadir dan kita berharap menteri lain yang juga diundang dapat hadir pada iven yang menjadi kebanggaan masyarakat Rokan Hilir ini," kata Ketua Panitia acara Bakar Tongkang Tahun 2013, H Tarmizi Madjid ketika dihubungi, Sabtu.

Tarmizi Madjid yang juga Kadis Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Rohil itu menyatakan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu yang juga diundang pada acara Bakar Tongkang belum membalas surat yang dikirim pihak pihak panitia.

"Mungkin dalam waktu dekat ini surat kita sudah dibalas pihak Kementerian Pariwisata. Harapannya supaya bu menteri juga bisa menyaksikan kegiatan bakar tongkang itu," ujarnya.

Panitia hingga kini terus memantapkan rangkaian pelaksanaan iven tahunan Bakar Tongkang.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan ritual bakar tongkang dilakukan dengan berbagai persiapan. Bahkan, untuk memeriahkannya, warga Tinghoa Bagansiapiapi juga mendatangkan artis-artis mandarin dari luar negeri," tambahnya.

Dalam perayaan ritual Bakar Tongkang 2013 direncanakan akan diisi dengan berbagai kegiatan perlombaan untuk lebih menyemarakkan acara.

"Kita usulkan sebelum acara ritual bakar tongkang dilangsungkan, maka diisi dengan berbagai perlombaan permainan rakyat. Misalnya lomba gasing, layang-layang, lomba burung bekicau, gambus dan permainan rakyat lainnya yang berkaitan dengan budaya Rohil," katanya.

Kegiatan Bakar Tongkang ini biasanya dihadiri keluarga Tionghoa dan wisatawan  mancanegara seperti dari Malaysia, Taiwan, China, Singapore dan lainnya.

Didasarkan Wikipedia, sejarah Bakar Tongkang bermula dari tuntutan kualitas hidup yang lebih baik dari sekelompok orang Tionghoa dari Propinsi Fujian, China. Mereka kemudian merantau menyeberangi lautan dengan kapal kayu sederhana.

Di tengah perjalanan, pada keheningan malam tiba-tiba mereka melihat adanya cahaya yang samar-samar. Dengan berpikiran di mana ada api disitulah ada daratan dan kehidupan, akhirnya mereka mengikuti arah cahaya tersebut, hingga tibalah mereka di daratan Selat Malaka tersebut.

Cahaya terang yang dilihat ke-18 perantau ini pada waktu kehilangan arah adalah cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang di atas bagan (tempat penampungan ikan di pelabuhan). Sehingga para perantau menamakan daratan tersebut dengan nama Baganapi yang kini dikenal sebagai Bagansiapiapi. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013