Pekanbaru (Antara Bengkulu) - Peneliti dari Rona Lingkungan Hidup Universitas Riau Tengku Ariful Amri mengatakan, kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau yang menimbulkan kabut asap hingga ke Singapura dan Malaysia tidak separah kejadian tahun 1997.

"Tahun 1997 dari bulan Juli sampai Februari 1998 merupakan kejadian yang luar biasa. Akibat kebakaran lahan dan hutan Riau saat itu, seluruh wilayah Asia Tenggara menjadi gelap," ujarnya kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

Pendapat tersebut sekaligus mementahkan komentar dari Prof Adnan Kasri yang menyebut, kabut asap sebagai dampak dari kebakaran lahan gambut yang melanda Riau saat ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah.

Ariful yang lulusan Magister Sains di bidang Kimia Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung mengatakan, kabut asap Riau sampai ke negara ASEAN seperti Philipina dan sebagainya.

Karena secara bersamaan di Sabah, Malaysia, juga terjadi hal yang sama. Sedangkan di Indonesia selain Riau, sejumlah areal di provinsi di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan juga terbakar.

Bahkan pada saat itu, Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ditutup karena kabut asap. Kemudian disusul Bandara Internasional Polonia Medan setelah pesawat Garuda Indonesia jatuh di Sibolangit, Sumatera Utara.

Sejarah mencatat, pesawat Garuda jenis Airbus 300 dengan kode perbangan GA 152 jatuh di ladang warga, di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat berjumlah 234 orang pada 26 September 1997.

"Jadi tidak benar jika kebakaran kali ini disebut yang terparah karena dunia sudah tahu, kebakaran hutan dan lahan pernah terjadi tahun 1997. Yang namanya lahan terbakar, sudah pasti menimbulkan pencemaran udara," jelasnya.

Sehari sebelumnya, pakar lingkungan dari Universitas Riau Prof Adnan Kasri menyatakan, kabut asap dampak dari kebakaran lahan gambut yang melanda provinsi Riau merupakan yang terparah sepanjang sejarah terjadinya kasus tersebut.

"Sebelumnya tahun 1997, kasus kebakaran hebat sempat terjadi. Namun masih melanda sebagian besar kawasan hutan alam. Dampak kabut asapnya ketika itu juga tidak separah kali ini, dimana pencemaran udara sudah jauh berada diatas ambang normal," kata Guru Besar Lingkungan Universitas Riau. (Antara)

Pewarta: Oleh Muhammad Said

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013