Jakarta(Antara) - Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin meminta masyarakat untuk tidak berselisih karena perbedaan awal Ramadan.

"Kemungkinan besar awal Ramadan akan berbeda. Muhammadyah akan memulai puasa pada Selasa, sementara pemerintah baru ditentukan nanti sore, namun kemungkinan besar akan memulainya pada Rabu (10/7)," ujar Ma'ruf Amin dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Ma'ruf mengatakan perbedaan terjadi karena menggunakan metode penentuan awal puasa yang berbeda. Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal untuk melihat wujud hilal atau anak bulan, sementara NU berpegang pada rukyat (mengintai posisi anak bulan secara langsung).

"Pemerintah menentukan kapan awal puasa pada sidang isbat nanti sore," tambah dia.

Masyarakat, kata Ma'ruf, hendaknya mengembangkan sikap toleransi dan tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan termasuk perbedaan paham keagamaan serta menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia.

Menurutnya umat Islam hendaknya tetap menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah dengan tetap mendudukkan bahwa perbedaan sebagai rahmat.

"Masyarakat juga jangan melakukan pemborosan yang mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri," tukas dia.

Selain itu, MUI juga akan melakukan pemantauan terhadap tayangan stasiun televisi dan radio. MUI meminta agar stasiun televisi dan radio tidak menyiarkan tayangan yang bersifat ramalan, lawakan berlebihan dan tayangan berpakaian yang tidak akhlakul kharimah. *

Pewarta: oleh Indriani

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013