Jakarta  (ANTARA Bengkulu) - Bagi Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Maarif atau yang biasa disapa 'Buya', kebebasan pers merupakan hadiah paling berharga dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

"Untung masih ada kebebasan pers, kalau tidak....," kata Pendiri Maarif Institute tersebut di Jakarta, Selasa.

Meski politik saat ini karut marut, bagi aktifis kemanusiaan itu, kebebasan pers yang berlangsung telah menjadi salah satu pilar demokrasi di Indonesia.

"Meski ada juga ya pers ini menyerukan kepentingan tertentu tapi ya, yaudah lah," kata Doktor lulusan Universitas Chicago ini.

Buya menilai pers yang bebas akan menjadi pengawas jalannya negara ini. Penyimpangan yang dilakukan dalam pengelolaan negara dapat dikabarkan oleh pers kepada masyarakat.

"Ini sumbangan kongkret untuk bangsa ini," kata lelaki minang yang biografinya telah dibukukan dalam sebuah novel oleh Penulis Damien Demantra.

Buya menambahkan, dirinya sudah 'sumpek' dengan politik yang karut-marut saat ini. "Sudah jangan tanya politik ya," kata tokoh agama yang kritis itu.  (ANT)

Pewarta:

Editor : Indra Gultom


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012