Salah seorang perajin tengkuluk bordir Widya Handayani (40) dari Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumbar tetap mempertahankan usahanya kendati di tengah kesulitan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

"Sejak pandemi COVID-19, pesanan tengkuluk bordir mulai berkurang. Bahkan permintaan hanya tiga helai per hari, hal itu disebabkan karena mulai dibatasinya kegiatan-kegiatan adat di nagari untuk menekan penyebaran COVID-19," kata Widya di Cupak, Kamis.

Kendati demikian, ia tetap mempertahankan usaha tengkuluk yang sudah dimulainya sejak tahun 1960an, yakni dari jaman neneknya hingga sekarang menjadi usaha keluarga secara turun-temurun yang dikelola bersama sang kakak.

Ia berharap ke depannya usaha tengkuluk bordir miliknya terus berkembang dan eksis meski di tengah pandemi COVID-19. "Semoga tengkuluk bordir terus berkiprah, dan selalu menjaga eksistensi tengkuluk bordir Nagari Cupak setiap saat," ujarnya.

Widya memgaku biasanya sebelum pandemi COVID-19, ia sering dibanjiri orderan bahkan sempat kewalahan karena terbatasnya perajin tengkuluk di daerah itu.

"Di sini hanya ada tiga perajin sementara waktu itu pesanan banyak, dan untuk menyiasatinya kami tergetkan satu orang bisa menyelesaikan minimal dua tengkuluk bordir per harinya," ujar dia.

Widya menyebutkan hasil kerajinan tengkuluk bordirnya dijual mulai dari Rp120.000 per helai sesuai dengan model jahitan dan tingkat kesulitan motif dari masing-masing tengkuluk yang dipesan.

"Bahkan omzet yang kami dapatkan dalam sehari sebelum pandemi COVID-19 sekitar Rp720.000 per enam helai tengkuluk yang dikerjakan," kata Widya.

Selain itu, menurut dia saat ini kebutuhan tengkuluk dengan motif original seperti yang dibuatnya sudah mulai langka dan sulit ditemukan di pasaran, terlebih sejumlah perajin bordir saat ini lebih memilih motif biasa seperti kebanyakan yang dipakai pada acara-acara adat.

Memiliki motif tengkuluk yang khas dan berbeda dengan perajin lainnya, sehingga tengkuluknya pun banyak diminati hingga ke luar kota seperti ke Tanah Abang, Jakarta bahkan dipesan untuk pertunjukan kesenian di Malaysia.

"Namun saat ini kami hanya memenuhi untuk kebutuhan lokal saja," ucapnya.

Selain itu, Widya mengatakan untuk proses pembuatan tengkuluk ini pun masih menggunakan mesin bordir yang manual untuk menghasilkan motif lama atau kekinian sesuai permintaan pelanggan.

"Biasanya pesanan tengkuluk akan ramai pada acara adat seperti pesta pernikahan, kematian, kampanye, perayaan hari jadi Kabupaten Solok, acara-acara adat lainnya, serta ada juga dipakai untuk sehari-hari,"ucap dia.
 

Pewarta: Laila Syafarud

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021