Puluhan ibu rumah tangga di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, mengolah biji durian menjadi keripik yang renyah dan gurih sehingga banyak disukai pembeli di daerah itu.
"Sejak awal tahun 2021 produksi keripik biji durian mulai marak di Siak, Riau. Kuliner tersebut dipasarkan di beberapa gerai oleh-oleh dan pada acara-acara tertentu, dengan harga per bungkus terjangkau Rp10 ribu," kata Kepala Bidang Pengembangan Sumberdaya Pariwisata (PSDP), Dispar Provinsi Riau, Ridho Adriansyah di Pekanbaru, Jumat.
Dampak dari banyaknya pelanggan yang membeli kirpik biji durian itu, maka sejak tahun terakhir kaum ibu antusias mengolah biji durian untuk dijadikan keripik karena penjualannya bisa menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Apalagi di era pandemi COVID-19, usaha kripik biji durian ini berpotensi menambah pendapatan keluarga, hanya dikemas dengan rapi dalam plastik, kemudian dipasarkan ke sejumlah gerai oleh-oleh, laris terjual.
"Ibu-ibu di daerah itu mengutip limbah biji durian secara gratis dari sejumlah pedagang durian karena biasanya dibuang begitu saja ke dalam tong sampah bersama kulit durian. Kemudian, biji itu dibersihkan dan direbus air panas setelah itu, didinginkan," katanya.
Setelah melalui proses pendinginan, katanya kulit biji durian dikupas, lalu daging biji durian yang berwarna putih itu, dipotong tipis-tipis, kemudian digoreng dalam wajan saat minyak mendidih.
Selanjutnya, setelah selesai digoreng, keripik biji durian ditaburi garam dan bumbu penyedap rasa dan selanjutnya baru dikemas ke dalam plastik setelah dingin.
"Penjualan keripik biji durian diyakini bisa menambah pendapatan keluarga maka Dinas Pariwisata Provinsi Riau dan Dispar Siak, telah memberikan pembinaan dan mempromosikan usaha kripik itu. Pembinaan diberikan dalam bentuk bagaimana cara mengolah secara higienis, mengemas dengan menarik dan cara-cara mempromosikan produk tersebut ke media sosial," kata Ridho.
Dukungan tersebut diperlukan, untuk membangkitkan kreatifitas kaum ibu melalui digitalisasi usaha di masa era kebiasaan baru. Para pelaku parekaf itu juga diberikan sosialisasi panduan pelaksanaan Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE), panduan protokol kesehatan bagi masyarakat, dalam rangka pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
"Sejak awal tahun 2021 produksi keripik biji durian mulai marak di Siak, Riau. Kuliner tersebut dipasarkan di beberapa gerai oleh-oleh dan pada acara-acara tertentu, dengan harga per bungkus terjangkau Rp10 ribu," kata Kepala Bidang Pengembangan Sumberdaya Pariwisata (PSDP), Dispar Provinsi Riau, Ridho Adriansyah di Pekanbaru, Jumat.
Dampak dari banyaknya pelanggan yang membeli kirpik biji durian itu, maka sejak tahun terakhir kaum ibu antusias mengolah biji durian untuk dijadikan keripik karena penjualannya bisa menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Apalagi di era pandemi COVID-19, usaha kripik biji durian ini berpotensi menambah pendapatan keluarga, hanya dikemas dengan rapi dalam plastik, kemudian dipasarkan ke sejumlah gerai oleh-oleh, laris terjual.
"Ibu-ibu di daerah itu mengutip limbah biji durian secara gratis dari sejumlah pedagang durian karena biasanya dibuang begitu saja ke dalam tong sampah bersama kulit durian. Kemudian, biji itu dibersihkan dan direbus air panas setelah itu, didinginkan," katanya.
Setelah melalui proses pendinginan, katanya kulit biji durian dikupas, lalu daging biji durian yang berwarna putih itu, dipotong tipis-tipis, kemudian digoreng dalam wajan saat minyak mendidih.
Selanjutnya, setelah selesai digoreng, keripik biji durian ditaburi garam dan bumbu penyedap rasa dan selanjutnya baru dikemas ke dalam plastik setelah dingin.
"Penjualan keripik biji durian diyakini bisa menambah pendapatan keluarga maka Dinas Pariwisata Provinsi Riau dan Dispar Siak, telah memberikan pembinaan dan mempromosikan usaha kripik itu. Pembinaan diberikan dalam bentuk bagaimana cara mengolah secara higienis, mengemas dengan menarik dan cara-cara mempromosikan produk tersebut ke media sosial," kata Ridho.
Dukungan tersebut diperlukan, untuk membangkitkan kreatifitas kaum ibu melalui digitalisasi usaha di masa era kebiasaan baru. Para pelaku parekaf itu juga diberikan sosialisasi panduan pelaksanaan Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE), panduan protokol kesehatan bagi masyarakat, dalam rangka pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021