Bengkulu (Antara Bengkulu) - Separuh dari 115 perajin tahu dan tempe di
Kota Bengkulu menghentikan produksi akibat tingginya harga kedelai
sebagai bahan baku utama.
"Tingginya harga kedelai membuat 50 persen perajin menghentikan produksi, karena modal tidak sebanding dengan pendapatan," kata Ketua Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru Kota Bengkulu Mas Agus Yunus di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan hal itu saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, Bulog Bengkulu, Badan Ketahanan Pangan, difasilitasi Asisten II Sekretaris Provinsi Bengkulu M Nasyah.
Dengan harga beli Rp9.500 per kilogram di tingkat distributor menurutnya, tidak masuk dalam hitungan ekonomis perajin.
"Harga yang bisa kami toleransi sebesar Rp7.000 per kilogram, tapi sekarang di pasaran sangat tinggi, Rp9.500 per kilogram, maka banyak yang berhenti," katanya.
Apalagi harga jual tahu dan tempe di tingkat perajin tidak ada kenaikan. Mereka menyiasati dengan dengan memperkecil ukuran produk sehingga harga tetap sama.
Para perajin kata Agus sudah berniat mogok produksi massal sebagai bentuk protes kepada pemerintah yang dinilai tidak mampu mengendalikan harga kedelai.
"Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengendalikan harga yang terus melambung," tambahnya.
Yunus mengatakan kebutuhan kedelai untuk perajin tahu dan tempe di Kota Bengkulu mencapai 200 ton per bulan.
Asisten II Sekretaris Provinsi Bengkulu M Nasyah mengatakan ketersediaan kedelai di pasaran cukup, tapi harganya melambung tinggi.
"Kami akan turun langsung ke lapangan untuk memantau asal kedelai yang dijual distributor," katanya.
Berdasarkan Permendag nomor 25 tahun 2013 tentang harga pembelian kedelai di tingkat petani sebesar Rp7.300 per kilogram.
Sedangkan harga penjualan ke tingkat perajin, berdasarkan Permendag nomor 37 tahun 2013 sebesar Rp7.700 per kilogram.
Sementara data Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu menyebutkan target produksi kedelai pada 2013 sebanyak 8.055 ton.
Produksi tersebut diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe lokal, 400 ton kedelai per bulan. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Tingginya harga kedelai membuat 50 persen perajin menghentikan produksi, karena modal tidak sebanding dengan pendapatan," kata Ketua Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru Kota Bengkulu Mas Agus Yunus di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan hal itu saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, Bulog Bengkulu, Badan Ketahanan Pangan, difasilitasi Asisten II Sekretaris Provinsi Bengkulu M Nasyah.
Dengan harga beli Rp9.500 per kilogram di tingkat distributor menurutnya, tidak masuk dalam hitungan ekonomis perajin.
"Harga yang bisa kami toleransi sebesar Rp7.000 per kilogram, tapi sekarang di pasaran sangat tinggi, Rp9.500 per kilogram, maka banyak yang berhenti," katanya.
Apalagi harga jual tahu dan tempe di tingkat perajin tidak ada kenaikan. Mereka menyiasati dengan dengan memperkecil ukuran produk sehingga harga tetap sama.
Para perajin kata Agus sudah berniat mogok produksi massal sebagai bentuk protes kepada pemerintah yang dinilai tidak mampu mengendalikan harga kedelai.
"Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengendalikan harga yang terus melambung," tambahnya.
Yunus mengatakan kebutuhan kedelai untuk perajin tahu dan tempe di Kota Bengkulu mencapai 200 ton per bulan.
Asisten II Sekretaris Provinsi Bengkulu M Nasyah mengatakan ketersediaan kedelai di pasaran cukup, tapi harganya melambung tinggi.
"Kami akan turun langsung ke lapangan untuk memantau asal kedelai yang dijual distributor," katanya.
Berdasarkan Permendag nomor 25 tahun 2013 tentang harga pembelian kedelai di tingkat petani sebesar Rp7.300 per kilogram.
Sedangkan harga penjualan ke tingkat perajin, berdasarkan Permendag nomor 37 tahun 2013 sebesar Rp7.700 per kilogram.
Sementara data Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu menyebutkan target produksi kedelai pada 2013 sebanyak 8.055 ton.
Produksi tersebut diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe lokal, 400 ton kedelai per bulan. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013