Kementerian Kesehatan RI sedang meminta klarifikasi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perihal dugaan pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga yang diterima oleh seorang influencer atau pemengaruh.
"Kami sedang minta klarifikasi dengan DKI perihal laporan tersebut," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi ANTARA melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis sore.
Nadia mengatakan informasi seputar pemberian vaksin dosis ketiga jenis Moderna kepada seorang pemengaruh di salah satu tempat berlatar logo Pemprov DKI Jakarta telah diterima oleh Kemenkes.
Menurut Nadia, permintaan klarifikasi dari Dinas Kesehatan Pemprov DKI merupakan bentuk kolaborasi dalam menelusuri kebenaran dari kabar tersebut.
Sementara itu Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam kegiatan virtual Laporan Penanganan COVID-19 di Indonesia turut mengomentari situasi itu.
"Jadi vaksin yang diberikan sepenuhnya gratis baik melalui skema program atau gotong royong. Adapun temuan vaksinasi berbayar di lapangan akan ditindaklanjuti oleh Satgas COVID-19 di daerah setempat," kata Wiku menjawab pertanyaan wartawan terkait vaksin dosis ketiga yang diterima seorang pemengaruh.
Wiku mengatakan vaksin didistribusikan oleh pemerintah dengan memprioritaskan pertimbangan risiko perhitungan laporan stok vaksin dan kecepatan laju vaksinasi.
Menurut Wiku, prioritas penerima program booster atau suntikan ketiga vaksin COVID-19 saat ini adalah tenaga kesehatan sebagai populasi berisiko sekaligus vital dalam mendukung pelayanan kesehatan, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini.
Hal senada juga dikemukakan Researcher & Clinical Trial Team for Oxford / Astrazeneca COVID-19 Vaccine Indra Rudiansyah saat hadir secara virtual dalam acara Media Interview.
Mahasiswa Oxford University yang menjadi bagian tim uji klinis vaksin AstraZeneca itu menilai situasi di Indonesia masih banyak yang belum mendapatkan dosis pertama maupun kedua vaksin COVID-19, sedangkan jumlah vaksin di Indonesia masih sangat terbatas.
"Kalau kita mengandalkan dosis ketiga, akan ada ketimpangan antara stok dengan orang yg membutuhkan. Bahkan akan ada kompetisi," katanya.
Menurut Indra, dosis ketiga saat ini sangat tidak perlu disuntikan, terutama bagi masyarakat luas. Namun bagi tenaga kesehatan hal itu bisa menjadi studi bagi Indonesia untuk melihat dosis ketiga apakah efektif memberikan booster.
"Kita juga sebaiknya memonitoring hasil dari efektivitas dosis ketiga di tenaga kesehatan, bagaimana efek samping dan sebagainya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
"Kami sedang minta klarifikasi dengan DKI perihal laporan tersebut," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi ANTARA melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis sore.
Nadia mengatakan informasi seputar pemberian vaksin dosis ketiga jenis Moderna kepada seorang pemengaruh di salah satu tempat berlatar logo Pemprov DKI Jakarta telah diterima oleh Kemenkes.
Menurut Nadia, permintaan klarifikasi dari Dinas Kesehatan Pemprov DKI merupakan bentuk kolaborasi dalam menelusuri kebenaran dari kabar tersebut.
Sementara itu Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam kegiatan virtual Laporan Penanganan COVID-19 di Indonesia turut mengomentari situasi itu.
"Jadi vaksin yang diberikan sepenuhnya gratis baik melalui skema program atau gotong royong. Adapun temuan vaksinasi berbayar di lapangan akan ditindaklanjuti oleh Satgas COVID-19 di daerah setempat," kata Wiku menjawab pertanyaan wartawan terkait vaksin dosis ketiga yang diterima seorang pemengaruh.
Wiku mengatakan vaksin didistribusikan oleh pemerintah dengan memprioritaskan pertimbangan risiko perhitungan laporan stok vaksin dan kecepatan laju vaksinasi.
Menurut Wiku, prioritas penerima program booster atau suntikan ketiga vaksin COVID-19 saat ini adalah tenaga kesehatan sebagai populasi berisiko sekaligus vital dalam mendukung pelayanan kesehatan, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini.
Hal senada juga dikemukakan Researcher & Clinical Trial Team for Oxford / Astrazeneca COVID-19 Vaccine Indra Rudiansyah saat hadir secara virtual dalam acara Media Interview.
Mahasiswa Oxford University yang menjadi bagian tim uji klinis vaksin AstraZeneca itu menilai situasi di Indonesia masih banyak yang belum mendapatkan dosis pertama maupun kedua vaksin COVID-19, sedangkan jumlah vaksin di Indonesia masih sangat terbatas.
"Kalau kita mengandalkan dosis ketiga, akan ada ketimpangan antara stok dengan orang yg membutuhkan. Bahkan akan ada kompetisi," katanya.
Menurut Indra, dosis ketiga saat ini sangat tidak perlu disuntikan, terutama bagi masyarakat luas. Namun bagi tenaga kesehatan hal itu bisa menjadi studi bagi Indonesia untuk melihat dosis ketiga apakah efektif memberikan booster.
"Kita juga sebaiknya memonitoring hasil dari efektivitas dosis ketiga di tenaga kesehatan, bagaimana efek samping dan sebagainya," katanya.
Sebelumnya, akun @cathydjaya mengunggah foto seorang yang mengaku divaksin tiga kali dengan latar gedung berlogo Pemprov DKI Jakarta.
Akun itu memberikan keterangan ada pemengaruh mendapat vaksinasi dosis ketiga.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021