Bandarlampung (Antara Bengkulu) - WWF Indonesia mengingatkan bahwa setiap tanggal 22 September, dunia memperingati Hari Badak Internasional, merupakan momentum pengingat bahwa badak merupakan satwa liar yang penting untuk segera diselamatkan oleh keterlibatan semua pihak.  

Menurut Noverica Widjojo, Communication & Media Relation Officer World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia dalam pernyataan yang diterima di Bandarlampung, Kamis, saat ini terdapat lima jenis badak yang masih tersisa di dunia, dengan dua di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu badak Jawa bercula satu (Rhinoceros sundaicus) dan badak Sumatera bercula dua (Dicherorinus sumatrensis).

Kedua jenis satwa langka dan dilindungi ini dikatagorikan dalam status kritis terancam punah ("critically endangered species") oleh Daftar Merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), katanya lagi.

Populasi badak Jawa hanya tersisa sekitar 50 individu di alam, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten), dengan jumlah individu yang kecil dan hanya berada dalam satu populasi akan sangat rentan terhadap kepunahan, ujar dia.

Sedangkan badak Sumatera hanya tinggal sekitar 200 individu, tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Bukit Barisan Selatan/TNBBS (Lampung Barat-Bengkulu), dan Waykambas (Lampung Timur), kata Noverica pula.

Berkaitan dengan hal di atas, WWF-Indonesia segera mengadakan media trip dan lokakarya nasional penelitian badak di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang akan dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (27--28 September 2013) di TNWK Kabupaten Lampung Timur.

Noverica menjelaskan bawha media trip dan Lokakarya Nasional Penelitian Badak di TNWK juga merupakan bagian dari rangkaian besar kegiatan yang terkait dengan Hari Badak Internasional yang dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia, atas kerja sama berbagai pihak.

Narasumber yang akan hadir dalam media trip ini adalah Sukatmoko (Humas Balai TNWK), Widodo S Ramono (Ketua Yayasan Badak Indonesia/YABI), Isabella (Lembaga Penelitian Eijkman), Meyner Nusalawo (WCS Indonesia), Dr Christy Williams (Asian Rhino and Elephant WWF-International), Prof Hadi Alikodra (Guru Besar Ekologi Satwa Liar IPB, Senior Advisor WWF-Indonesia), dan Sunarto PhD (Species Specialist WWF-Indonesia).

Dalam kegiatan itu akan disampaikan sejumlah hal menarik berkaitan riset DNA badak Indonesia yang dilakukan bersama Eijkman dan WWF, penggunaan kamera jebak (camera trapping) untuk studi populasi badak, dan Rencana Pertemuan Setingkat Menteri untuk Negara-Negara Sebaran Badak di Asia (Ministerial Asia Rhino Country State Meeting) yang akan diadakan di Bandarlampung tanggal 2-3 Oktober 2013.

Sejumlah ahli badak dari berbagai institusi di Indonesia dan internasional terkait mengenai populasi badak di Indonesia, tantangan
dan peluang yang ada, juga akan hadir dalam kegiatan tersebut.

Belum lama ini, pihak Balai TNWK di Lampung Timur juga melansir informasi adanya kelahiran anak badak liar yang berada di luar kawasan penangkaran badak (Sumatra Rhino Sanctuary) di taman nasional ini yang menunjukkan adanya penambahan populasi satwa liar sangat langka dan dilindungi di dunia itu, di tengah ancaman kepunahannya.

Diharapkan semua pihak dapat berupaya mendukung dan melindungi populasi dan kelestarian badak Sumatera maupun badak Jawa yang masih tersisa di hutan-hutan di Indonesia. (Antara)

Pewarta: Oleh Budisantoso Budiman

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013