Pandan, Sumut (Antara Bengkulu) - Pemkab Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara mengungkapkan, potensi wisata sejarah yang dimiliki daerah pesisir pantai barat tersebut layak dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
"Pengembangan objek wisata sejarah itu akan mendorong bangkitnya sektor-sektor ekonomi lainnya," kata Kabag Humas Pemkab Tapteng, Iwan Sinaga di Pandan, Kamis.
Tapteng, kata dia, memiliki banyak situs bersejarah berusia ratusan tahun, seperti Kota Barus yang menjadi pusat peradaban pada abad 1-17 M, dan sempat mengalami masa keemasan sebagai salah satu pusat perdagangan dunia tempo dulu.
Pada masa lalu, Kapur Barus dan rempah-rempah merupakan salah satu komoditas perdagangan sangat berharga serta diperdagangkan sampai ke Arab, dan Parsia, karena aromanya yang harum menjadi bahan utama dalam pengobatan.
Saat ini, sebut Iwan, peninggalan sejarah Islam di Barus dapat dilihat, yaitu dengan adanya makam Papan Tinggi dan makam mahligai.
Kota tua Barus, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi Islam, baik dari dalam negeri dan luar negeri, khususnya Lobu Tua dengan banyaknya peneliti Prancis dan Indonesia melakukan eksplorasi arkeologi.
Situs Lobu Tua merupakan kota kuno dan menjadi salah satu permukiman berbagai etnis di dunia pada abad X yang lokasinya tidak jauh dari Kota Barus.
Salah satu bukti adanya etnis dari luar di Lobu Tua adalah penemuan prasasti yang bertuliskan aksara Tamil yang diperkirakan berusia ratusan tahun.
"Jejak dari situs-situs itu masih ada, dan sebagian disimpan di Yayasan Museum Barus," katanya.
Selain untuk merawat situs tua, Iwan berkeyakinan upaya itu dapat menarik kunjungan wisatawan internasional, terutama kalangan ilmuwan yang ingin mengetahui jejak sejarah dunia.
Menurut dia, berbagai situs warisan dunia tersebut perlu dijaga dan dipelihara, agar tidak sampai punah, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan proses pembangunan yang dilakukan masyarakat.
"Perkembangan industri pariwisata akan menghasilkan kemajuan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Pengembangan objek wisata sejarah itu akan mendorong bangkitnya sektor-sektor ekonomi lainnya," kata Kabag Humas Pemkab Tapteng, Iwan Sinaga di Pandan, Kamis.
Tapteng, kata dia, memiliki banyak situs bersejarah berusia ratusan tahun, seperti Kota Barus yang menjadi pusat peradaban pada abad 1-17 M, dan sempat mengalami masa keemasan sebagai salah satu pusat perdagangan dunia tempo dulu.
Pada masa lalu, Kapur Barus dan rempah-rempah merupakan salah satu komoditas perdagangan sangat berharga serta diperdagangkan sampai ke Arab, dan Parsia, karena aromanya yang harum menjadi bahan utama dalam pengobatan.
Saat ini, sebut Iwan, peninggalan sejarah Islam di Barus dapat dilihat, yaitu dengan adanya makam Papan Tinggi dan makam mahligai.
Kota tua Barus, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi Islam, baik dari dalam negeri dan luar negeri, khususnya Lobu Tua dengan banyaknya peneliti Prancis dan Indonesia melakukan eksplorasi arkeologi.
Situs Lobu Tua merupakan kota kuno dan menjadi salah satu permukiman berbagai etnis di dunia pada abad X yang lokasinya tidak jauh dari Kota Barus.
Salah satu bukti adanya etnis dari luar di Lobu Tua adalah penemuan prasasti yang bertuliskan aksara Tamil yang diperkirakan berusia ratusan tahun.
"Jejak dari situs-situs itu masih ada, dan sebagian disimpan di Yayasan Museum Barus," katanya.
Selain untuk merawat situs tua, Iwan berkeyakinan upaya itu dapat menarik kunjungan wisatawan internasional, terutama kalangan ilmuwan yang ingin mengetahui jejak sejarah dunia.
Menurut dia, berbagai situs warisan dunia tersebut perlu dijaga dan dipelihara, agar tidak sampai punah, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan proses pembangunan yang dilakukan masyarakat.
"Perkembangan industri pariwisata akan menghasilkan kemajuan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya. (Antara)
Editor : Helti Marini S
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013