Sukses Korea Selatan menggerakkan kinerja ekonominya hingga menjadi negara maju yang diperhitungkan di tingkat global melalui sektor ekonomi kreatifnya patut menjadi acuan tersendiri.

Tak berhenti sampai di situ, K-Pop bahkan membudaya menjadi genre tersendiri yang begitu diminati generasi muda di berbagai belahan dunia. Infiltrasinya seperti virus yang menginfeksi dan menular.

Korsel nyatanya memang tangguh dalam mengemas seni dan budayanya menjadi industri kreatif yang layak untuk “dijual” dan disukai siapapun.

Melihat sukses negeri ginseng itu, Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sama untuk mencapai level serupa dengan Korsel dari sisi ekonomi kreatif mempertimbangkan potensi yang dimiliki termasuk generasi muda kreatifnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini kaum milenial pelaku usaha kreatif sangat mampu membantu Pemerintah untuk mengembangkan industri kreatif tanah air.

Apalagi saat ini industri kreatif merupakan merupakan salah satu sektor yang diharapkan bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus untuk menjadi lokomotif pendorong kebangkitan ekonomi yang terdampak pandemi.

Menko Airlangga meyakini, dunia melihat Asia Tenggara sebagai potensi pasar yang besar dan didukung dengan jumlah penduduk serta stabilitas ekonomi maupun politik. Potensi ini perlu dimanfaatkan secara optimal, termasuk dalam upaya pengembangan industri kreatif dan digital.

Apalagi di tengah pandemi seperti saat ini, ada produk teknologi “magic box” bernama smartphone. Kebutuhan hiburan makin tinggi sehingga itu harus dimanfaatkan dengan masuknya konten-konten kreatif. Maka produk-produk virtual harus segera didorong, bukan hanya yang sifatnya fisik.

Ia pun menerangkan, Pemerintah telah mengakomodasi dan mengamanatkan upaya pengembangan ekonomi kreatif dan ekonomi digital melalui sejumlah kebijakan/peraturan.

Salah satunya, melalui UU 11/2020 tentang Cipta Kerja, dengan turunannya berupa PP 7/2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui penguatan inkubator wirausaha.

Menciptakan Peluang
Beberapa strategi pengembangan kebijakan kewirausahaan, termasuk pengembangan ekonomi kreatif yang saat ini dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan kapasitas usaha dan akses pembiayaan bagi wirausaha; meningkatkan penciptaan peluang usaha dan start-up; serta meningkatkan nilai tambah usaha sosial.

Sebagai gambaran, berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, subsektor ekonomi kreatif memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional dengan menyumbangkan 7,44 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), 14,28 persen tenaga kerja, dan 13,77 persen ekspor.

Data pun mencatat, ada sekitar 8,2 juta usaha kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kuliner, fesyen, dan kriya, sehingga 3 subsektor ini juga memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB Ekonomi Kreatif. Selain itu, ada 4 sub sektor dengan pertumbuhan tercepat yaitu TV dan radio; film, animasi, dan video; seni pertunjukan; dan Desain Komunikasi Visual.

Sebagai contoh industri kreatif, sektor animasi pun memiliki kesempatan besar dalam membuka dan menyerap tenaga kerja dengan tuntutan kompetensi yang bisa dilakukan oleh SDM keluaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Keadaan di atas berlaku di perusahaan animasi yang memiliki skala usaha berdasarkan jumlah SDM lebih dari 50 pekerja.

Dari 120 studio animasi Indonesia tercatat mempekerjakan 5771 tenaga kerja kreatif yang didominasi oleh generasi muda. Diperkirakan terdapat kurang lebih 24.000 pekerja yang bergerak di sektor industri animasi. Artinya, animasi merupakan salah satu industri kreatif yang padat karya dan padat modal.

Melihat angka-angka peluang tersebut, Menko Perekonomian menegaskan bahwa pemerintah perlu serius menggarap industri kreatif di Indonesia. Pelaku usaha tentunya lebih memahami dinamika yang terjadi di lapangan, sehingga Pemerintah nantinya akan lebih berperan sebagai fasilitator dan pemungkin (“enabler”) bagi terciptanya ekosistem yang kondusif.

Pihaknya berupaya mewadahi usulan pelaku industri animasi untuk kemudian dapat lebih dikonkretkan. Airlangga menegaskan bahwa Pemerintah akan mendukung, apalagi hal ini juga terkait dengan pengembangan SDM dan sesuai dengan momentum digitalisasi.

Semua kemudian berharap agar bisa memanfaatkan momentum digitalisasi ini dengan baik dan saling bertukar pikiran dalam membahas upaya-upaya bersama untuk lebih mengembangkan lagi sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Para pelaku usaha kreatif pun berharap agar Pemerintah bisa mengoordinasikan berbagai instansi yang terkait dengan ekosistem industri kreatif Indonesia agar dapat merumuskan kebijakan bersama untuk mendukung pertumbuhan positif sektor ekonomi kreatif dari hulu hingga hilir.

Gandeng Korsel
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, terus mendorong bangkitnya industri animasi di tanah air.

Sandiaga Uno menjelaskan, pihaknya saat ini ingin mengembangkan ekosistem ekonomi digital terutama yang awalnya dari animasi lalu diaplikasikan ke dalam industri mainan.

Ia pun mengapresiasi kerja keras pelaku ekonomi kreatif tanah air, khususnya animasi yang tetap produktif dan kreatif berkarya meski di tengah pandemi.

Sejumlah upaya untuk mendorong perkembangan industri kreatif animasi di tanah air pun dilakukan tidak hanya oleh pemerintah, tapi pihak lain di antaranya oleh Korea Creative Content Agency (KOCCA) Indonesia yang menyelenggarakan K-Content BizWeek 2021.

Ajang itu untuk mempertemukan pelaku bisnis industri animasi Korea Selatan dan Indonesia pada 24-25 Agustus 2021 yang dilakukan secara daring (virtual).

Sebanyak 25 perusahaan animasi Korea Selatan menghadiri pertemuan ini. Sebagian besar perusahaan yang menghadiri pertemuan ini memproduksi animasi anak diantaranya adalah ANYZAC dengan karyanya “Zombie Dumb”, DOFALA dengan salah satu karyanya “Nano Ranger TV Series”, Tak Toon Enterprise dengan karyanya “Big Five”, dan STUDIO GALE dengan dua karyanya yang terkenal yaitu “Pororo The Little Penguin” dan “Tayo The Little Bus”.

Adapun perusahaan Indonesia yang turut hadir dalam K-Content BizWeek 2021 sebanyak 29 perusahaan.

Tentunya, perusahaan yang turut hadir memiliki ketertarikan yang sama terhadap Intellectual property (IP) dan animasi.

Lebih lanjut, pada Selasa, 24 Agustus 2021 ada enam perusahaan animasi Korea yang melakukan IP Screening secara daring. Live streaming dilakukan di akun YouTube K-Content Pavilion dengan dipandu Kim Young Soo sebagai host.

Pada puncak acara akan dilakukan nota kesepahaman (MOU) antara, PT. Hidayah Insan Mulia dengan PANDE dan PT. Lingkar Media Kreatif Indonesia dengan DOFALA.

Tidak hanya perusahaan, asosiasi juga melakukan nota kesepahaman diantaranya adalah KAIA (Korea Animation Industry Association) dan AINAKI (Association of Indonesia Animation Industry).

Kemudian perusahaan yang akan melakukan penandatangan kontrak diantaranya adalah PT. Triyakom dengan PANDE dan PT. Lingkar Media Kreatif Indonesia dengan DOFALA.

Kegiatan serupa juga pernah diselenggarakan KOCCA Indonesia beberapa bulan yang lalu. Perubahan gaya hidup dan konsumsi konten sejak pandemi menjadi salah satu faktor pendukung adanya pertemuan bisnis ini.

Upaya ini diharapkan mampu mendorong pelaku kreatif animasi lokal agar memanfaatkan peluang yang besar pada industri kreatif animasi yang begitu besar peluangnya di tanah air.

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021