Berkunjung ke Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak lengkap jika hanya melihat kadal raksasa bernama Komodo tanpa menjelajah habitat asli hewan purba tersebut.

Tidak lengkap pula jika menjelajah taman nasional tersebut tidak menyusuri pantai-pantai berpasir putih hingga diving untuk menikmati keindahan bawah laut kawasan perairannya.

Taman Nasional Komodo yang terletak di antara provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat memiliki luas sekitar 40.728 hektare (ha) dengan wilayah perairan laut sekitar 132.572 ha.

TNK meliputi Pulau Komodo seluas sekitar 33.937 ha dengan populasi Komodo mencapai 2.700 ekor, Pulau Rinca dengan luas 19.627 ha dengan populasi Komodo diperkirakan 2.500 ekor, dan Pulau Gili Montang yang dihuni sekitar 100 ekor. Sedangkan Pulau Padar seluas 2.017 ha tidak dihuni Komodo.

Tercatat sekitar 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia hidup berdampingan deng Komodo. Sebanyak 25 spesies hewan darat dan burung di taman nasional tersebut dilindungi.  

Sedangkan dalam wilayah perairannya terdapat setidaknya 253 spesies terumbu karang yang menjadi tempat hidup sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini.

Beberapa titik penyelaman di kawasan taman nasional yang sudah banyak dikenal para penyelam mau pun turis asing seperti Batu Bolong, Crystal Rock, Shotgun, Tata Makasar.

Namun seperti halnya yang disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo, bahwa tidak kurang dari 80 titik penyelaman ada di kawasan taman nasional hingga pulau-pulau kecil di sekitar Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Bahkan menurut dia, jumlah titik penyelaman tersebut masih dapat bertambah mengingat masih banyak perairan di pulau-pulau kecil sekitar Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo belum pernah diselami.

    
                 Trekking hingga diving  
Secara topografi pulau-pulau yang berada di taman nasional tersebut merupakan pulau vulkanik berada di gugusan gunung berapi aktif antara Austalia dan rak Sunda, sehingga membentuk bukit-bukit berdinding curam dan terjal dengan ketinggian mencapai 500 hingga 600 meter.

Sedangkan jenis vegetasi yang ada di pulau-pulau ini didominasi oleh rumput dan hutan savana yang mencakup sekitar 70 persen dari taman. Kondisi ini lah yang memberikan sensasi berbeda ketika melakukan trekking di antara Pulau Komodo dan Pulau Rinca.

Pengunjung tidak diperbolehkan melakukan trekking sendiri untuk melihat Komodo di dua pulau tersebut. Para ranger akan memandu dan memastikan pengunjung aman dari hewan purba tersebut.

Maklum saja kadal raksasa ini, menurut salah satu ranger muda di Pulau Komodo bernama Sandy, cukup sensitif tidak hanya dengan aroma darah tetapi juga terhadap gerakan dan suara.

Alhasil sepanjang perjalanan dari pos awal hingga akhir perjalanan sang ranger yang selalu membawa tongkat panjang bercabang dua diujungnya mengingatkan agar semua memperkecil volume suara, dan trek tersebut menjadi siksaan bagi mereka yang cenderung senang berbicara.

Pengunjung dapat memilih rute "short", "medium", "long", dan "adventure" untuk melakukan trekking di Pulau Komodo. Rute "short" akan menempuh jarak sepanjang satu kilometer, sedangkan rute "adventure" menempuh jarak hingga delapan kilometer dengan melalui bukit, hutan savana, dan sungai dengan sesekali dimanjakan oleh pemandangan birunya laut di kejauhan.

Saat melakukan trekking pun tidak jarang pengunjung bertemu dengan fauna penghuni hutan savanna seperti rusa dan ayam hutan yang memang menjadi santapan alamiah sang kadal purba. Suara burung-burung pun menemani para penjelajah pulau vulkanik ini.

Berjalan mendaki bukit-bukit savanna gersang dan sedikit berdebu saat memasuki musim kemarau cukup menantang, karena nya membawa air minum guna mencegah dehidrasi sangat dianjurkan, ujar Sandy.

Sebagai hadiah, pengunjung dapat melihat hamparan biru laut dikejauhan yang berwarna kontras dengan warna coklat dan hijau padang dan hutan savanna memanjakan mata ketika tepat mencapai puncak bukit.

Menurut Sandy, para trekker akan lebih mudah bertemu Komodo di pagi dan sore hari saat kadal rasaksa tersebut berjemur. Sedangkan di siang hari hewan yang termasuk buas tersebut memilih berteduh di tempat-tempat rindang sehingga tidak mudah terlihat.

Menurut ranger lain bernama Joan, komodo akan lebih mudah ditemui di Pulau Rinca mengingat pulau tersebut lebih kecil jika dibandingkan Pulau Komodo. Dengan bentuk tapal kuda, membuat Komodo di Pulau Rinca mempunyai ruang gerak lebih sempit.

Aktivitas lain yang juga dapat membakar kalori tentu berenang di perairan-perairan biru di sekitar taman nasional. Termasuk berenang hingga snorkling di Pantai Merah atau dikenal juga dengan sebutan "Pink Beach".  

Hanya dengan kedalaman tiga hingga empat meter terumbu karang sudah terlihat. Bahkan "clown fish" yang sedang bersantai di tengah terumbu karang pun mudah ditemukan.

Sayangnya pada bagian bibir pantai, terumbu karang telah banyak hancur. Selain karena aktivitas snorkling juga karena terkena perahu-perahu yang sembarangan membuang jangkar di sana.

Karena itu sebuah pengumuman berukuran besar terpasang di salah satu sisi Pantai Merah guna mengingatkan pemilik perahu tidak membuang jangkarnya di tempat tersebut.  

Menurut Kasubag Umum Dinas Kelautan Perikanan Manggarai Barat Haji Muda Mamonto, masalah kerusakan terumbu karang memang menjadi kekhawatiran tersendiri di perairan Taman Nasional Komodo dan perairan sekitar Labuan Bajo.

 Mulai dari pengambilan ikan dan terumbu menggunakan bom yang telah berkurang jauh jumlahnya hingga penggunaan sianida menjadi masalah yang terus coba diatasi.  
 
Dengan banyaknya titik penyelaman di perairan tersebut yang semakin menjadi daya tarik para penyelam dari seluruh dunia tentu bertambah pula tugas Dinas Kelautan dan Perikanan Manggarai Barat untuk mengawasi wilayah perairannya tersebut. (Antara)

Pewarta: Oleh Virna P Setyorini

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013