Denpasar (Antara) - Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Sarwono Kusumaatmadja menegaskan, Indonesia yang terdiri atas negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan laut hingga kini belum menjadi negara maritim.
"Predikat itu pernah disandang pada zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, namun sekarang sirna," kata Sarwono Kusumaatmadja ketika membuka pameran foto yang dikemas dalam Vision International Image Festival (VIIF) 2013 di Denpasar, Rabu malam.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan pertama di Indonesia itu mengingatkan sering kali Indonesia salah paham karena memiliki laut yang luas otomatis menjadi negara maritim.
Predikat negara maritim itu terkait dengan kegiatan industrial, niaga dan hasil kelautan Indonesia belum mengarah kepada hal tersebut, termasuk kekuatan angkatan laut yang bisa diandalkan.
Sarwono Kusumaatmadja menambahkan, kondisi itu berbeda dengan Amerika Serikat dan China yang memang sebagai negara maritim, didukung oleh kemampuan angkatan laut yang mantap.
Ia mengharapkan agar potensi lautan Indonesia yang besar itu dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Direktur VIIF 2013 kegiatan tersebut Prabhoto Satrio melaporkan, lebih dari 400 karya foto hasil jepretan 60 fotografer dari kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, yang bertema kelautan dipamerkan di empat lokasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
Pameran yang mengusung tema "Angasraya: arus kebebasan dari Samudera" itu sebagai upaya merespons pelaksanaan KTT APEC. Pameran kali ini sengaja dipercayakan dibuka oleh Sarwono Kusumaatmadja karena telah dikenal kalangan internasional sebagai sosok sederhana dan mumpuni terkait isu kelautan serta memiliki integritas yang tinggi.
Prabhoto Satrio menjelaskan konsep foto yang ditampilkan dalam pameran tersebut bahwa setiap arah memiliki warna, dan warna-warni itu merujuk pada ras-ras utama manusia: putih, hitam, kuning, merah, sedangkan kelima manca warna menyimpan semua warna dalam diri manusia.
Ratusan foto itu dipajangkan di Danes Art Veranda, Maha Art Gallery, dan Bentara Budaya Bali di Gianyar.
Ratusan karya foto tersebut tidak hanya menampilkan keindahan, namun lebih mengangkat isu kelautan yang sedang berkembang, di antaranya perburuan sirip hiu di laut Jawa.
Selain itu juga menyangkut pencemaran lingkungan yang mengakibatkan matinya spesies burung yang bermigrasi di seputaran laut Pasifik-Selandia Baru, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Predikat itu pernah disandang pada zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, namun sekarang sirna," kata Sarwono Kusumaatmadja ketika membuka pameran foto yang dikemas dalam Vision International Image Festival (VIIF) 2013 di Denpasar, Rabu malam.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan pertama di Indonesia itu mengingatkan sering kali Indonesia salah paham karena memiliki laut yang luas otomatis menjadi negara maritim.
Predikat negara maritim itu terkait dengan kegiatan industrial, niaga dan hasil kelautan Indonesia belum mengarah kepada hal tersebut, termasuk kekuatan angkatan laut yang bisa diandalkan.
Sarwono Kusumaatmadja menambahkan, kondisi itu berbeda dengan Amerika Serikat dan China yang memang sebagai negara maritim, didukung oleh kemampuan angkatan laut yang mantap.
Ia mengharapkan agar potensi lautan Indonesia yang besar itu dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Direktur VIIF 2013 kegiatan tersebut Prabhoto Satrio melaporkan, lebih dari 400 karya foto hasil jepretan 60 fotografer dari kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, yang bertema kelautan dipamerkan di empat lokasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
Pameran yang mengusung tema "Angasraya: arus kebebasan dari Samudera" itu sebagai upaya merespons pelaksanaan KTT APEC. Pameran kali ini sengaja dipercayakan dibuka oleh Sarwono Kusumaatmadja karena telah dikenal kalangan internasional sebagai sosok sederhana dan mumpuni terkait isu kelautan serta memiliki integritas yang tinggi.
Prabhoto Satrio menjelaskan konsep foto yang ditampilkan dalam pameran tersebut bahwa setiap arah memiliki warna, dan warna-warni itu merujuk pada ras-ras utama manusia: putih, hitam, kuning, merah, sedangkan kelima manca warna menyimpan semua warna dalam diri manusia.
Ratusan foto itu dipajangkan di Danes Art Veranda, Maha Art Gallery, dan Bentara Budaya Bali di Gianyar.
Ratusan karya foto tersebut tidak hanya menampilkan keindahan, namun lebih mengangkat isu kelautan yang sedang berkembang, di antaranya perburuan sirip hiu di laut Jawa.
Selain itu juga menyangkut pencemaran lingkungan yang mengakibatkan matinya spesies burung yang bermigrasi di seputaran laut Pasifik-Selandia Baru, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013