Perairan Paloh di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, dikenal sebagai salah satu perlintasan dan tempat makanan beragam penyu dari berbagai belahan dunia.
Berdasarkan data satelit yang melacak pergerakan penyu di seluruh dunia, Paloh termasuk lokasi yang mempunyai peran penting baik sebagai perlintasan maupun "feeding area" (tempat makanan).
Namun, Paloh juga diketahui sebagai daerah yang kaya akan ikan. Tidak mengherankan nelayan setempat kerap mendapat penyu saat menebar jaring.
Ismail, 55, nelayan setempat menuturkan, dalam satu bulan ia kerap mendapati penyu tersangkut di jaring. "Belum lama ini, ada satu penyu yang tersangkut di jaring," ujar Ismail yang menjadi nelayan sejak tahun 1973.
Di masa itu, bahkan dalam satu malam ia mendapati tiga atau empat penyu yang tersangkut di jaringnya.
Bagi nelayan, mendapati penyu tersangkut atau terjerat di jaring, bukan hal yang menguntungkan. "Kalau penyu yang besar seperti penyu belimbing tersangkut, mau tidak mau jaring harus digunting supaya penyu terlepas," katanya.
Ia tidak mau seperti rekannya sesama nelayan yang mengalami nasib harus kehilangan jaring dalam jumlah banyak. Sang penyu yang berontak untuk membebaskan diri, dapat semakin terjerat di dalam jaring. Semakin lama terjerat, jaring yang ikut tergulung pun akan semakin panjang.
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di wilayah itu umumnya jaring insang atau gillnet. Di kedalaman atau jarak tertentu dari pantai, jaring ditebar. Panjangnya bisa berkilo-kilometer. Pendi, nelayan lain, mempunyai jaring insang dengan panjang tiga kilometer. Kedalaman jaring berkisar enam meter. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan target tangkapan.
"Favorit tangkapan nelayan di Paloh, ikan bawal putih. Harganya di tingkat pengumpul, sekarang Rp110 ribu per kilogram," kata Pendi. Sama seperti Ismail, ia pun kerap mendapati penyu tersangkut di jaring.
Perairan Paloh berada di daerah perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kalbar. Paloh merupakan daerah paling utara di Kalbar.
Wilayah pesisir Paloh terletak di sebelah utara Kabupaten Sambas, dan memiliki pantai berpasir yang membentang lebih dari 100 kilometer.
Sekitar 79 persen dari total garis pantai atau 63 kilometer di antaranya merupakan habitat peneluran bagi Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate).
Paloh merupakan pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia. Data WWF - Indonesia menunjukkan lebih dari 2.000 sarang Penyu Hijau (lebih dari 500 betina) per tahun yang dijumpai di Pantai Paloh.
Hal ini menjadikan jumlah populasi Penyu Hijau di Paloh terbesar kedua rantai yang terbentang dari Peninsula, Malaysia sampai Lautan Sulu, Sulawesi.
"By Catch"
"By catch" merupakan istilah untuk tertangkapnya secara tidak sengaja spesies lain yang merupakan bagian dari rantai makanan dalam ekosistem tersebut.
John Hsing-I Wang, Ph D adalah seorang peneliti dari Universitas Hawaii di Manoa, Amerika Serikat. Ia juga bekerja di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat.
Ia telah pergi ke berbagai belahan dunia untuk mengurangi by catch dari spesies laut yang kondisinya sangat kritis atau harus dilindungi. "Kunci dasar untuk menekan by catch, adalah dari teknologi alat tangkap, atau melihat tingkat laku dari biota laut tersebut," kata John Wang.
Tingkah laku biota laut itu dikaji dari sudut visualnya, sensor yang dimiliki, pola hidup serta gelombang elektromagnetik yang muncul.
Setelah mengetahui tingkah laku dari spesies laut tersebut, baru diterapkan teknologi ke alat tangkap nelayan.
Ia menjelaskan, jaring insang tidak hanya ada di Indonesia. "Jenis ini banyak ditemui di berbagai belahan dunia," kata John Wang. Pada umumnya, jaring ini digunakan oleh nelayan-nelayan kecil. Di lokasi tertentu, angka by catch dari nelayan yang menggunakan jaring insang ini cukup tinggi.
Indonesia terbilang negara pengguna jaring insang terbanyak di dunia. "Ada sekitar 100 ribu nelayan yang menggunakan jaring insang," kata Imam Musthofa Z, Fisheries Project Leader WWF Indonesia.
Dengan dukungan dari WWF Amerika Serikat dan NOAA, WWF-Indonesia mencoba untuk menekan angka by catch di perairan Paloh terutama spesies penyu yang jumlahnya sangat tinggi dalam setahun. John Wang datang ke Paloh untuk menerapkan teknologi hasil penelitiannya bersama tim selama delapan tahun.
Cara Kerja
Ia memanfaatkan tingkat visualitas dari penyu. Berdasarkan hasil penelitian, penyu paling merespon terhadap warna hijau. Untuk warna lain, tingkat responnya beragam. Penyu juga mampu merespon warna ultraviolet.
Jaring insang yang digunakan nelayan di Paloh, menggunakan tali plastik yang berwarna putih bening. Kondisi itu yang memungkinkan penyu lebih gampang terjerat karena tidak dapat membedakan ada jaring atau tidak.
John Wang ditemani Imam Musthofa mengikuti nelayan setempat untuk mengetahui pola tangkap, kebiasaan, sasaran tangkap, serta kondisi di perairan Paloh.
"Kuncinya, adalah pemilihan warna lampu yang tepat," ujar John Wang. Memilih warna yang memberi peringatan bagi penyu, namun tidak membuat ikan sasaran nelayan, kabur.
Ia menggunakan teknologi lampu untuk memberi tanda kepada penyu supaya tidak mendekati jaring nelayan. Lampu tersebut ada tiga jenis, terbuat dari Light Emiting Diode (LED), light stick/chemical, dan ultraviolet. Untuk perairan Paloh, ia membawa lampu LED. Lampu tersebut harganya dari 5 dolar AS hingga 29 dolar AS.
Lampu-lampu tersebut akan dipasang dengan jarak tertentu di jaring. Kemampuan lampu LED tersebut kalau digunakan terus menerus mampu bertahan selama 1,5 bulan.
Di Baja California, setelah menerapkan teknologi tersebut, terjadi penurunan by catch dari penyu. Semula, ada 117 penyu yang terjerat jaring nelayan. Dalam setahun, ada 550 penyu yang tertangkap jaring nelayan setempat secara keseluruhan.
Setelah jaring ditambah lampu, terjadi penurunan kasus hingga 40 persen. Sementara dari segi jumlah tangkapan, tidak terdapat perbedaan. Bahkan secara ekonomis, terdapat penambahan nilai dari hasil tangkapan karena jumlah ikan yang ditangkap maksimal.
Di Peru, dari sebelumnya ada 97 penyu yang terjerat, kemudian menurun menjadi 32 penyu setelah menerapkan teknologi serupa.
Setelah mengetahui metode yang tepat untuk mengurangi angka by catch, akan dilanjutkan dengan penerapan di kalangan nelayan. "Menekan angka by catch bukan dengan menghilangkan jaring insang, atau melarang nelayan menggunakannya. Tetapi bagaimana mencari win win solution, baik bagi nelayan, maupun spesies yang terkena by catch," kata Imam Musthofa.
Paloh pun menjadi perairan pertama di Indonesia yang akan mencoba menerapkan teknologi tersebut. "Menekan angka by catch, tidak hanya di tempat penyu mencari makan, tetapi juga dimana penyu bertelur, melintas, dan mencari makan. Paloh adalah tempatnya," kata John Wang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Berdasarkan data satelit yang melacak pergerakan penyu di seluruh dunia, Paloh termasuk lokasi yang mempunyai peran penting baik sebagai perlintasan maupun "feeding area" (tempat makanan).
Namun, Paloh juga diketahui sebagai daerah yang kaya akan ikan. Tidak mengherankan nelayan setempat kerap mendapat penyu saat menebar jaring.
Ismail, 55, nelayan setempat menuturkan, dalam satu bulan ia kerap mendapati penyu tersangkut di jaring. "Belum lama ini, ada satu penyu yang tersangkut di jaring," ujar Ismail yang menjadi nelayan sejak tahun 1973.
Di masa itu, bahkan dalam satu malam ia mendapati tiga atau empat penyu yang tersangkut di jaringnya.
Bagi nelayan, mendapati penyu tersangkut atau terjerat di jaring, bukan hal yang menguntungkan. "Kalau penyu yang besar seperti penyu belimbing tersangkut, mau tidak mau jaring harus digunting supaya penyu terlepas," katanya.
Ia tidak mau seperti rekannya sesama nelayan yang mengalami nasib harus kehilangan jaring dalam jumlah banyak. Sang penyu yang berontak untuk membebaskan diri, dapat semakin terjerat di dalam jaring. Semakin lama terjerat, jaring yang ikut tergulung pun akan semakin panjang.
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di wilayah itu umumnya jaring insang atau gillnet. Di kedalaman atau jarak tertentu dari pantai, jaring ditebar. Panjangnya bisa berkilo-kilometer. Pendi, nelayan lain, mempunyai jaring insang dengan panjang tiga kilometer. Kedalaman jaring berkisar enam meter. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan target tangkapan.
"Favorit tangkapan nelayan di Paloh, ikan bawal putih. Harganya di tingkat pengumpul, sekarang Rp110 ribu per kilogram," kata Pendi. Sama seperti Ismail, ia pun kerap mendapati penyu tersangkut di jaring.
Perairan Paloh berada di daerah perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kalbar. Paloh merupakan daerah paling utara di Kalbar.
Wilayah pesisir Paloh terletak di sebelah utara Kabupaten Sambas, dan memiliki pantai berpasir yang membentang lebih dari 100 kilometer.
Sekitar 79 persen dari total garis pantai atau 63 kilometer di antaranya merupakan habitat peneluran bagi Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate).
Paloh merupakan pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia. Data WWF - Indonesia menunjukkan lebih dari 2.000 sarang Penyu Hijau (lebih dari 500 betina) per tahun yang dijumpai di Pantai Paloh.
Hal ini menjadikan jumlah populasi Penyu Hijau di Paloh terbesar kedua rantai yang terbentang dari Peninsula, Malaysia sampai Lautan Sulu, Sulawesi.
"By Catch"
"By catch" merupakan istilah untuk tertangkapnya secara tidak sengaja spesies lain yang merupakan bagian dari rantai makanan dalam ekosistem tersebut.
John Hsing-I Wang, Ph D adalah seorang peneliti dari Universitas Hawaii di Manoa, Amerika Serikat. Ia juga bekerja di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat.
Ia telah pergi ke berbagai belahan dunia untuk mengurangi by catch dari spesies laut yang kondisinya sangat kritis atau harus dilindungi. "Kunci dasar untuk menekan by catch, adalah dari teknologi alat tangkap, atau melihat tingkat laku dari biota laut tersebut," kata John Wang.
Tingkah laku biota laut itu dikaji dari sudut visualnya, sensor yang dimiliki, pola hidup serta gelombang elektromagnetik yang muncul.
Setelah mengetahui tingkah laku dari spesies laut tersebut, baru diterapkan teknologi ke alat tangkap nelayan.
Ia menjelaskan, jaring insang tidak hanya ada di Indonesia. "Jenis ini banyak ditemui di berbagai belahan dunia," kata John Wang. Pada umumnya, jaring ini digunakan oleh nelayan-nelayan kecil. Di lokasi tertentu, angka by catch dari nelayan yang menggunakan jaring insang ini cukup tinggi.
Indonesia terbilang negara pengguna jaring insang terbanyak di dunia. "Ada sekitar 100 ribu nelayan yang menggunakan jaring insang," kata Imam Musthofa Z, Fisheries Project Leader WWF Indonesia.
Dengan dukungan dari WWF Amerika Serikat dan NOAA, WWF-Indonesia mencoba untuk menekan angka by catch di perairan Paloh terutama spesies penyu yang jumlahnya sangat tinggi dalam setahun. John Wang datang ke Paloh untuk menerapkan teknologi hasil penelitiannya bersama tim selama delapan tahun.
Cara Kerja
Ia memanfaatkan tingkat visualitas dari penyu. Berdasarkan hasil penelitian, penyu paling merespon terhadap warna hijau. Untuk warna lain, tingkat responnya beragam. Penyu juga mampu merespon warna ultraviolet.
Jaring insang yang digunakan nelayan di Paloh, menggunakan tali plastik yang berwarna putih bening. Kondisi itu yang memungkinkan penyu lebih gampang terjerat karena tidak dapat membedakan ada jaring atau tidak.
John Wang ditemani Imam Musthofa mengikuti nelayan setempat untuk mengetahui pola tangkap, kebiasaan, sasaran tangkap, serta kondisi di perairan Paloh.
"Kuncinya, adalah pemilihan warna lampu yang tepat," ujar John Wang. Memilih warna yang memberi peringatan bagi penyu, namun tidak membuat ikan sasaran nelayan, kabur.
Ia menggunakan teknologi lampu untuk memberi tanda kepada penyu supaya tidak mendekati jaring nelayan. Lampu tersebut ada tiga jenis, terbuat dari Light Emiting Diode (LED), light stick/chemical, dan ultraviolet. Untuk perairan Paloh, ia membawa lampu LED. Lampu tersebut harganya dari 5 dolar AS hingga 29 dolar AS.
Lampu-lampu tersebut akan dipasang dengan jarak tertentu di jaring. Kemampuan lampu LED tersebut kalau digunakan terus menerus mampu bertahan selama 1,5 bulan.
Di Baja California, setelah menerapkan teknologi tersebut, terjadi penurunan by catch dari penyu. Semula, ada 117 penyu yang terjerat jaring nelayan. Dalam setahun, ada 550 penyu yang tertangkap jaring nelayan setempat secara keseluruhan.
Setelah jaring ditambah lampu, terjadi penurunan kasus hingga 40 persen. Sementara dari segi jumlah tangkapan, tidak terdapat perbedaan. Bahkan secara ekonomis, terdapat penambahan nilai dari hasil tangkapan karena jumlah ikan yang ditangkap maksimal.
Di Peru, dari sebelumnya ada 97 penyu yang terjerat, kemudian menurun menjadi 32 penyu setelah menerapkan teknologi serupa.
Setelah mengetahui metode yang tepat untuk mengurangi angka by catch, akan dilanjutkan dengan penerapan di kalangan nelayan. "Menekan angka by catch bukan dengan menghilangkan jaring insang, atau melarang nelayan menggunakannya. Tetapi bagaimana mencari win win solution, baik bagi nelayan, maupun spesies yang terkena by catch," kata Imam Musthofa.
Paloh pun menjadi perairan pertama di Indonesia yang akan mencoba menerapkan teknologi tersebut. "Menekan angka by catch, tidak hanya di tempat penyu mencari makan, tetapi juga dimana penyu bertelur, melintas, dan mencari makan. Paloh adalah tempatnya," kata John Wang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013