Varadisa Septi tak perlu waktu lama untuk memenangi laga final gulat gaya bebas putri 76kg PON Papua di GOR Futsal Dispora, Merauke, Minggu, demi mengklaim medali emas untuk Jawa Timur.
Bertemu dengan wakil Jambi Indri Sukmaningsih, Varadisa hanya butuh waktu 30 detik untuk memenangi laga final dengan teknik jatuhan, ketika bantingan agresifnya membuat sang lawan terjatuh dan tak berkutik di atas matras di babak pertama.
Pegulat kelahiran 2 September 2002 itu mengaku sempat gugup dan tegang mengikuti pesta olahraga empat tahunan nasional untuk pertama kalinya.
Berbekal status juara Pra-PON 2019, perempuan asal Malang, Jawa Timur itu berupaya menjaga momentum dan menerjemahkan hasil kerja keras latihannya selama ini menjadi medali emas pertamanya di PON.
"Saya latihan sudah mati-matian untuk PON ini," kata Varadisa ketika ditemui setelah pengalungan medali.
"Di Pra-PON saya dapat emas, saya tidak boleh lengah, PON ini juga harus dapat emas," kata Varadisa.
Kemenangan Varadisa, di hari ketiga cabang olahraga gulat yang mempertandingkan hanya satu kelas untuk menghormati kearifan lokal di mana mayoritas warga Merauke melaksanakan ibadat di gereja, membawa Jawa Timur mengoleksi tiga medali emas dari para pegulat putri mereka.
Sebenarnya, laga yang diantisipasi oleh Varadisa adalah melawan pegulat Kalimantan Selatan Natrusnicu Roxana Andrea, yang merupakan juara di PON 2016.
Akan tetapi, Roxana, yang merupakan atlet naturalisasi asal Rumania itu tersingkir dari perebutan medali emas setelah dikalahkan oleh Indri Sukmaningsih.
Roxana harus puas dengan medali perunggu setelah memenangi laga perebutan tempat ketiga melawan wakil Jawa Barat Yanti Hernanti dengan angka mutlatk
Seperti yang diungkapkan oleh pelatih kepala Jawa Timur Rakhman, laga antara Varadisa melawan Roxana seperti laga 'balas dendam'. Pasalnya Roxana dipaksa menyerah melawan Varadisa di laga final Pra-PON 2019 yang berlangsung sengit.
"Vara sudah kami siapkan untuk itu sebenarnya, pola mainnya nanti dia harus bagaimana, kami sudah siapkan tapi enggak tahunya dia (Roxana) malah kalah dari Jambi," kata Rakhman.
"Sehingga tadi sebelum final, sudah kami prediksi kalau melawan Jambi kami pasti menang,"
Kendati menang mudah, Varadisa mengaku belum pernah mengenal gaya bermain pegulat Jambi yang baru kali ini ia ladeni.
"Mungkin karena ini baru pertama kali saya ketemu lawan yang ini, jadi saya tidak tahu mainnya. Strateginya sama-sama tidak tahu," kata Varadisa.
Seandainya di partai final dia bertemu dengan Roxana pun Vara tak ingin meremehkan sang lawan karena terdapat gap dua tahun sejak ia mengalahkan sang atlet Kalsel hingga PON yang tertunda tahun ini.
"Mungkin peluangnya sama. Soalnya kami kan terakhir ketemu pada 2019, latihannya juga enggak tahu, jadi mungkin permainannya sudah berbeda."
Mempersiapkan PON pertamanya, Varadisa mengaku sangat terbantu dengan dukungan teman-teman, keluarga, pelatih dan bahkan tim psikolog yang disiapkan pelatih untuk membakar semangat atlet.
"Tim psikolog memberi motivasi, semangat biar kami tidak tegang juga, biar 'fresh' kalau main. Saya sangat terbantu."
Varadisa telah mengenal gulat sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, berkat sang kakak sepupu, Mutiara Ayuningtias, yang juga ikut berlaga ke PON Papua.
Kemudian mulai SMP kelas 2 dia berada di bawah asuhan Rakhman.
Pada 2018, Vara mengikuti kejuaraan internasional untuk pertama kali yaitu Kejuaraan gulat khusus kadet dan yunior ASEAN X1/2018 yang berlangsung di Thailand.
Ia mampu membawa pulang medali emas dari gaya bebas kelas 73kg di kejuaraan tersebut.
Setelah emas di PON Papua, Vara memiliki ambisi untuk menembus pelatnas untuk SEA Games 2022 di Hanoi nanti.
Sementara itu Ketua Binpres Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI) Gusti Randa berharap cabang olahraga gulat PON Papua memunculkan pegulat-pegulat juara yang bakal mewakili Indonesia di ajang SEA Games Hanoi yang ditunda ke tahun depan karena pandemi.
"Seharusnya setelah PON Papua ini kita akan melaksanakan SEA Games di Vietnam namun karena ada pandemci covid maka SEA Games Vietnam dibatalkan tahun ini," kata Gusti dalam sambutan pembukaan cabang olahraga gulat PON Papua di GOR Futsal KONI, Merauke, Jumat.
"Tentunya dengan adanya PON di Papua ini keikutsertaan atlet ke SEA Games Vietnam ditentukan oleh para pemenang di PON 2020 ini.
"Para atlet berjuanglah semaksimal mungkin."
Seperti diketahui, Indonesia tidak ikut serta dalam pertandingan cabang gulat SEA Games 2019 karena para pegulat nasional tidak diberangkatkan oleh PP PGSI.
Tidak tampilnya tim gulat Indonesia pada SEA Games Manila 2019 jadi preseden buruk. Padahal, cabang olahraga gulat menjadi tambang emas bagi Kontingen Indonesia yang tidak pernah absen di SEA Games.
Hal itu memunculkan kekecewaan yang berbuntut pada tuntutan mundur untuk Gusti Randa sementara PP PGSI dianggap tidak memiliki rencana strategi (Renstra) jangka pendek, menengah dan panjang.
"Mungkin tahun depan ada SEA Games, kalau dipanggil (ke pelatnas) ya insyallah (berangkat)," pungkas Vara
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
Bertemu dengan wakil Jambi Indri Sukmaningsih, Varadisa hanya butuh waktu 30 detik untuk memenangi laga final dengan teknik jatuhan, ketika bantingan agresifnya membuat sang lawan terjatuh dan tak berkutik di atas matras di babak pertama.
Pegulat kelahiran 2 September 2002 itu mengaku sempat gugup dan tegang mengikuti pesta olahraga empat tahunan nasional untuk pertama kalinya.
Berbekal status juara Pra-PON 2019, perempuan asal Malang, Jawa Timur itu berupaya menjaga momentum dan menerjemahkan hasil kerja keras latihannya selama ini menjadi medali emas pertamanya di PON.
"Saya latihan sudah mati-matian untuk PON ini," kata Varadisa ketika ditemui setelah pengalungan medali.
"Di Pra-PON saya dapat emas, saya tidak boleh lengah, PON ini juga harus dapat emas," kata Varadisa.
Kemenangan Varadisa, di hari ketiga cabang olahraga gulat yang mempertandingkan hanya satu kelas untuk menghormati kearifan lokal di mana mayoritas warga Merauke melaksanakan ibadat di gereja, membawa Jawa Timur mengoleksi tiga medali emas dari para pegulat putri mereka.
Sebenarnya, laga yang diantisipasi oleh Varadisa adalah melawan pegulat Kalimantan Selatan Natrusnicu Roxana Andrea, yang merupakan juara di PON 2016.
Akan tetapi, Roxana, yang merupakan atlet naturalisasi asal Rumania itu tersingkir dari perebutan medali emas setelah dikalahkan oleh Indri Sukmaningsih.
Roxana harus puas dengan medali perunggu setelah memenangi laga perebutan tempat ketiga melawan wakil Jawa Barat Yanti Hernanti dengan angka mutlatk
Seperti yang diungkapkan oleh pelatih kepala Jawa Timur Rakhman, laga antara Varadisa melawan Roxana seperti laga 'balas dendam'. Pasalnya Roxana dipaksa menyerah melawan Varadisa di laga final Pra-PON 2019 yang berlangsung sengit.
"Vara sudah kami siapkan untuk itu sebenarnya, pola mainnya nanti dia harus bagaimana, kami sudah siapkan tapi enggak tahunya dia (Roxana) malah kalah dari Jambi," kata Rakhman.
"Sehingga tadi sebelum final, sudah kami prediksi kalau melawan Jambi kami pasti menang,"
Kendati menang mudah, Varadisa mengaku belum pernah mengenal gaya bermain pegulat Jambi yang baru kali ini ia ladeni.
"Mungkin karena ini baru pertama kali saya ketemu lawan yang ini, jadi saya tidak tahu mainnya. Strateginya sama-sama tidak tahu," kata Varadisa.
Seandainya di partai final dia bertemu dengan Roxana pun Vara tak ingin meremehkan sang lawan karena terdapat gap dua tahun sejak ia mengalahkan sang atlet Kalsel hingga PON yang tertunda tahun ini.
"Mungkin peluangnya sama. Soalnya kami kan terakhir ketemu pada 2019, latihannya juga enggak tahu, jadi mungkin permainannya sudah berbeda."
Mempersiapkan PON pertamanya, Varadisa mengaku sangat terbantu dengan dukungan teman-teman, keluarga, pelatih dan bahkan tim psikolog yang disiapkan pelatih untuk membakar semangat atlet.
"Tim psikolog memberi motivasi, semangat biar kami tidak tegang juga, biar 'fresh' kalau main. Saya sangat terbantu."
Varadisa telah mengenal gulat sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, berkat sang kakak sepupu, Mutiara Ayuningtias, yang juga ikut berlaga ke PON Papua.
Kemudian mulai SMP kelas 2 dia berada di bawah asuhan Rakhman.
Pada 2018, Vara mengikuti kejuaraan internasional untuk pertama kali yaitu Kejuaraan gulat khusus kadet dan yunior ASEAN X1/2018 yang berlangsung di Thailand.
Ia mampu membawa pulang medali emas dari gaya bebas kelas 73kg di kejuaraan tersebut.
Setelah emas di PON Papua, Vara memiliki ambisi untuk menembus pelatnas untuk SEA Games 2022 di Hanoi nanti.
Sementara itu Ketua Binpres Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI) Gusti Randa berharap cabang olahraga gulat PON Papua memunculkan pegulat-pegulat juara yang bakal mewakili Indonesia di ajang SEA Games Hanoi yang ditunda ke tahun depan karena pandemi.
"Seharusnya setelah PON Papua ini kita akan melaksanakan SEA Games di Vietnam namun karena ada pandemci covid maka SEA Games Vietnam dibatalkan tahun ini," kata Gusti dalam sambutan pembukaan cabang olahraga gulat PON Papua di GOR Futsal KONI, Merauke, Jumat.
"Tentunya dengan adanya PON di Papua ini keikutsertaan atlet ke SEA Games Vietnam ditentukan oleh para pemenang di PON 2020 ini.
"Para atlet berjuanglah semaksimal mungkin."
Seperti diketahui, Indonesia tidak ikut serta dalam pertandingan cabang gulat SEA Games 2019 karena para pegulat nasional tidak diberangkatkan oleh PP PGSI.
Tidak tampilnya tim gulat Indonesia pada SEA Games Manila 2019 jadi preseden buruk. Padahal, cabang olahraga gulat menjadi tambang emas bagi Kontingen Indonesia yang tidak pernah absen di SEA Games.
Hal itu memunculkan kekecewaan yang berbuntut pada tuntutan mundur untuk Gusti Randa sementara PP PGSI dianggap tidak memiliki rencana strategi (Renstra) jangka pendek, menengah dan panjang.
"Mungkin tahun depan ada SEA Games, kalau dipanggil (ke pelatnas) ya insyallah (berangkat)," pungkas Vara
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021