Tripoli (Antara/Xinhua-OANA) - Saif Al-Islam, putra mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, Selasa (5/11), menuntut diadili di Kota Zintan di Libyat Barat, dan bukan di Tripoli.

"Tak ada perbedaan antara Zintan dan Ibu Kota Libya, Tripoli," kata Gaddafi muda kepada stasiun TV Alaseema di negeri itu, dalam penampilan pertamanya di televisi setelah ia ditahan.

Jaksa Agung Libya Abdel Kader Radwan belum lama ini mengeluarkan permintaan ke pengadilan di Zintan untuk menyerahkan Saif Al-Islam agar Mahkamah Pidana bisa mengadili dia bersama dengan 36 pejabat lain era-Gaddafi yang dituduh melakukan kejahatan perang selama perlawanan 2011.

Namun kelompok milisi yang menguasai Zintan telah menolak untuk menyerahkan putra kedua Gaddafi tersebut karena alasan keamanan.

Kolonel Ajami Aotaira, yang menangkap Saif Al-Islam dua tahun lalu, mencap permintaan yang berulangkali disampaikan oleh Jaksa Agung untuk menyerahkan terdakwa ke Tripoli sebagai upaya untuk mendiskreditkan Zintan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang.

Aotaira juga menuduh Radwan berkolusi dengan kelompok agama untuk menggolkan agenda mereka sendiri yang tidak cocok dengan kepentingan nasional.

Saif Al-Islam ditangkap pada November 2011 di gurun di Libya Selatan oleh sekelompok anggota milisi, satu bulan setelah ayahnya dibunuh di kota kelahirannya, Sirte.

Ia tampil pada 19 September di Pengadilan Zintan untuk menghadapi tuntutan keamanan. Proses pengadilan itu ditunda sampai 12 Desember, untuk menunggu kehadiran enam terdakwa lain.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013