Washington (Antara/Xinhua-OANA) - Beberapa peneliti, Jumat (15/11), melaporkan keberhasilan awal dalam penggunaan probiotik yang direkayasa secara genetika terhadap cacing tambang, parasit usus yang menyerang jutaan orang --terutama perempuan hamil dan anak-anak-- di dunia berkembang.

Cacing tambang ditemukan di tanah yang telah terceman kotoran manusia. Orang terinfeksi jika jalan dengan kaki telanjang. Cacing tambang itu dapat berdiam di dalam usus selama bertahun-tahun, tempat mereka mengkonsumsi darah dan jaringan tubuh, merampas zat besi dan protein dari dalam tubuh manusia dan mengganggu penyerapan gizi.

Cacing tambang tersebut seringkali mengakibatkan tertundanya perkembangan tubuh pada anak yang terinfeksi.

Saat ini, hanya obat yang tersedia untuk mengobati penderita cacing tambang mulanya dikembangkan untuk memerangi parasit yang menyerang hewan peternakan. Menurut para peneliti dari University of California, San Diego, obat itu sekarang tidak cukup efektif, dan kekebalan muncul.

"Kita perlu menemukan cara yang aman, efektif dan dapat dijangkau untuk melawan cacing tambang dan parasit lain di dalam usus yang saat ini menyerang lebih dari 1,5 miliar orang," kata Yan Hu dari University of California kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam.

Hu dan rekannya menyajikan hasil penelitian mutakhir mengenai perawatan dengan menggunakan probiotik di Washington, dalam pertemuan tahunan American Society of Tropical Medicine and Hygiene.

Di dalam studi tersebut, para peneliti dengan sengaja menulari hamster dengan cacing tambang manusia, yang belakangan dipecah menjadi dua kelompok.

Satu kelompok menerima rangkaian umum bakteri Bacillus subtilis --yang seringkali ditandai sebagai "probiotik", makanan pelengkap yang dikonsumsi seperti pil atau ditambahkan ke makanan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan usus, kata mereka.

Probiotik itu juga adalah zat penting dalam makanan kedelai yang difermentasi dan dikenal dengan nama Natto.

Kelompok kedua menerima probiotik yang sama, tapi para peneneliti tersebut mengubahnya untuk menyalurkan portein yang dibuat dari bakteri yang berkaitan erat, Bacillus thuringiensis atau Bt --yang diketahui aman pada manusia tapi berpotensi mematikan bagi cacing usus.

"Lima hari setelah kami menggunakan bakteri itu, kami memeriksa usus hewan tersebut," kata Hu. "Kami tak menemukan cacing di dalam usus hewan yang menerima probiotik yang diubah, sementara hewan yang tidak menerima probiotik yang diubah tetap terinfeksi."

Hu mengatakan langkah berikutnya ialah melakukan pemeriksaan pada jenis hewan berbeda dan terhadap jenis cacing parasit berbeda pula. Jika probiotik terus memperlihatkan kemajuan bagus melawan bermacam parasit usus, maka para peneliti akan mempertimbangkan penggunaannya pada manusia, kata wani peneliti itu. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013