Eddy Hermawan yang Peneliti Iklim dan Atmosfer BRIN itu saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan siklon tropis di barat laut Pulau Sumatra dan Dipol Samudera Hindia (IOD) yang mulai negatif membantu penyebaran gas sulfur dioksida tersebut.
"Hujan yang terjadi saat ini tak ada kaitan dengan sebaran gas sulfur dioksida akibat letusan Gunung Ruang," ujarnya.
Ia mengatakan pusaran angin di barat laut Pulau Sumatra itu telah menarik uap air dari Australia dan Laut Pasifik. Gas sulfur dioksida yang keluar dari kawah Gunung Ruang juga ikut tersebar seiring dengan adanya siklon tropis.
Menurut dia, uap air (termasuk gas) seharusnya bergerak ke belahan Bumi utara karena pusat tekanan rendah saat ini ada di utara.
"Erupsi tidak menimbulkan anomali cuaca yang besar. Hujan yang terjadi saat ini lebih didominasi karena pengaruh IOD yang mulai negatif dan adanya siklon tropis di barat laut Pulau Sumatra," kata dia.
Dia menerangkan gas sulfur dioksida yang menyebar akibat letusan Gunung Ruang tak menimbulkan hujan asam seperti yang ramai dibicarakan publik di media sosial.
Letusan Gunung Ruang tertinggi tercatat mencapai tiga kilometer pada Rabu (17/4), pukul 20.15 Wita.
"Hati-hati dalam mendefinisikan hujan asam, ketika diukur PH harus di atas 7. Jadi, selama belum ada pengukuran yang realible sebaiknya harus hati-hati," kata Eddy.