Baghdad, (Antara/AFP) - Lima serangan bom di Baghdad pada Minggu malam menewaskan sedikitnya 17 orang dan mencederai lebih dari 50 lain, kata beberapa pejabat keamanan dan medis.
Ledakan-ledakan itu terjadi baik di kawasan Sunni maupun Syiah di ibu kota Irak tersebut, dari daerah kumuh Syiah Sadr City di Baghdad timurlaut hingga daerah Sunni Radhwaniyah di Baghdad barat.
Seluruh bom itu meledak setelah pukul 18.00 waktu setempat (pukul 22.00 WIB), yang terakhir dari serangkaian serangan selama beberapa bulan ini yang waktunya bertepatan dengan ketika orang Irak berkumpul pada malam hari di kafe, restoran dan tempat umum lain.
Pada bulan-bulan dan tahun sebelumnya, serangan biasanya dilakukan pada jam sibuk pagi hari.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Dengan kekerasan terakhir itu, lebih dari 5.500 orang tewas sejak awal tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber medis dan keamanan.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun militan Sunni dan Al Qaida meningkatkan kekerasan tahun ini, khususnya terhadap aparat keamanan dan warga Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.
Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Penerjemah: M. Suratmadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Ledakan-ledakan itu terjadi baik di kawasan Sunni maupun Syiah di ibu kota Irak tersebut, dari daerah kumuh Syiah Sadr City di Baghdad timurlaut hingga daerah Sunni Radhwaniyah di Baghdad barat.
Seluruh bom itu meledak setelah pukul 18.00 waktu setempat (pukul 22.00 WIB), yang terakhir dari serangkaian serangan selama beberapa bulan ini yang waktunya bertepatan dengan ketika orang Irak berkumpul pada malam hari di kafe, restoran dan tempat umum lain.
Pada bulan-bulan dan tahun sebelumnya, serangan biasanya dilakukan pada jam sibuk pagi hari.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Dengan kekerasan terakhir itu, lebih dari 5.500 orang tewas sejak awal tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber medis dan keamanan.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun militan Sunni dan Al Qaida meningkatkan kekerasan tahun ini, khususnya terhadap aparat keamanan dan warga Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.
Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Penerjemah: M. Suratmadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013