Beijing (Antara) - Wakil Tetap RI untuk ASEAN Ngurah Swajaya mengatakan persoalan di Laut China Selatan menjadi tantangan bersama ASEAN dan China untuk diselesaikan secara damai.

"Jadi persoalan di Laut China Selatan (LCS), bukan merupakan ganjalan bagi hubungan baik antara ASEAN dan China, namun tantangan bagi kedua pihak untuk dapat menyelesaikan dengan baik dan damai," katanya, kepada Antara di Beijing, Rabu.

Ditemui serangkaian Hari Jadi ke-2 Pusat ASEAN-China, ia mengatakan berbagai kemajuan yang telah dicapai antara ASEAN dan China dalam upaya menyelesaikan persoalan di Laut China Selatan juga sebaiknya dihargai oleh semua pihak, tidak saja antara negara-negara ASEAN yang bermasalah dengan China di wilayah itu, namun semua negara yang berkepentingan dengan keamanan di wilayah perairan tersebut.

"Mekanisme Deklarasi Tata Perilaku atau DoC yang telah disepakati dan dijalani oleh negara-negara ASEAN dan China, merupakan kemajuan yang positif, terakhir ASEAN dan China sepakat untuk membahas lebih lanjut Kode Tata Perilaku atau CoC di Laut China Selatan pada tingkat kepala negara," ungkap I Ngurah Swajaya.

Ia menambahkan,"meski belum dipastikan waktu pelaksanaan pembahasan CoC ditingkat kepala negara ASEAN dan China, namun kesepakatan itu merupakan kemajuan sangat positif dalam upaya mencari penyelesaian damai di Laut China Selatan. Dialog dan diplomasi memang memakan waktu lama, dan ini tantangan bagi ASEAN dan China untuk mengelola berbagai upaya itu agar tetap berjalan baik,".

Kode Tata Perilaku bertujuan menurunkan ketegangan yang tengah terjadi di wilayah itu.

China dengan kebijakan "Sembilan Garis Putus-putus"-nya, mengklaim 90 persen kawasan Laut China Selatan yang menjadi salah satu jalur transportasi laut terpenting dunia.

Klaim China itu bersinggungan dengan klaim Taiwan dan empat negara pantai di sekitar Laut China Selatan, yang juga anggota organisasi kawasan Asia Tenggara (ASEAN), yakni Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

China mendasari klaimnya di perairan itu dengan latar sejarah masa lalu. Jejak klaim China ditarik dari masa-masa Dinasti Tang (618-907 Masehi) dan Dinasti Song (960-1276 Masehi).

Untuk memperkuat klaim sejarahnya itu, China pun mulai membangun kapal laut yang berkemampuan meneliti dan mengambil benda-benda peninggalan sejarah masa lalu, yang ada di dasar laut.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013