Waykanan, Lampung (Antara) - Perajin tempe di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung Tohari optimistis usaha skala rumah tangga yang ditekuninya masih menjanjikan untuk menopang ekonomi keluarga dalam tahun 2014.

"Pemasaran tempe masih lancar walaupun harga bahan baku naik," kata Tohari di Blambanganumpu, Jumat.

Tohari mengaku, biasanya membuat tempe dengan bahan baku kedelai impor. Harganya Rp10 ribu per kilogram di Waykanan, berbeda dengan membeli di Bandarlampung, harganya lebih murah, pada kisaran Rp9 ribu per kilogram.

"Seminggu rata-rata menghabiskan 150 kilogram kedelai untuk bahan bakunya," ujar Tohari yang biasa memasarkan dagangannya empat kali setiap minggu, tiga kali di Pasar Pemda dan sekali di Pasar Simpang Empat Blambanganumpu Waykanan itu.

Tohari menambahkan, permintaan tempe cukup tinggi, sehingga komoditas yang dipasarkan selepas subuh biasa habis sekitar pukul 08.00 WIB.

"Kalau Minggu 50 kilogram habis, sepertinya harus menambah produksi untuk dijual pada hari itu," kata dia lagi.

Ia menjelaskan, harga tempe ukuran 5x15 cm seharga Rp5.000 per tiga potong, dan untuk ukuran Rp5x20 cm mencapai Rp5.000 per dua potong, serta ukuran 7x20 cm harganya Rp15.000.

Perihal permintaan komoditas dagangannya pada Natal dan menjelang tahun baru ini, ia menyatakan biasa saja atau tidak ada lonjakan yang berarti.

"Walaupun harga bahan baku naik, saya optimistis usaha ini tahun depan masih menjanjikan," katanya lagi.

Tohari menuturkan, tempe berbeda dengan makanan siap saji seperti bakso dalam penjualannya.

"Bakso mungkin harga akan dinaikkan jika bahan baku naik, tapi untuk tempe tidak bisa, konsumen susah menerimanya. Paling-paling kita bisa mengurangi ukurannya dengan harga jual tetap," katanya pula.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013