Ramallah, Wilayah Palestina (Antara/AFP) - Seorang tokoh senior Palestina menyebut mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon, yang meninggal pada Sabtu, sebagai penjahat dan menyatakan penyesalannya ia tidak pernah dihadapkan ke sidang Mahkamah Pidana Internasional.

"Sharon adalah penjahat, yang bertanggung jawab atas pembunuhan (Presiden Palestina Yasser ) Arafat, dan kami akan berharap untuk melihat dia tampil di hadapan Pengadilan Kriminal Internasional sebagai penjahat perang," kata Jibril Rajub, pejabat senior dari partai Fatah.

Arafat meninggal di Prancis pada 11 November 2004, sementara Sharon, yang meninggal pada Sabtu telah dalam keadaan koma sejak tahun 2006.

Gerakan Islam Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan kematian Sharon adalah "momen bersejarah," menandai "lenyapnya seorang penjahat yang tangannya berlumuran darah Palestina."

Ahmed Yassin, yang adalah pendiri dan pemimpin spiritual militan gerakan Hamas, dibunuh oleh Israel di bawah kepemimpinan Sharon pada tahun 2004.

Sarah Leah Whitson, direktur Timur Tengah di Human Rights Watch, juga menyesal bahwa Sharon tidak pernah menghadapi pengadilan, khususnya atas perannya di kamp pembunuhan Beirut.

"Ini memalukan bahwa Sharon telah pergi ke kubur tanpa menghadapi keadilan bagi perannya di Sabra dan Shatila dan pelanggaran-pelanggaran lainnya," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Kematiannya adalah pengingat suram lain dalam tahun impunitas virtual untuk pelanggaran hak asasi tidak melakukan apa pun untuk membawa perdamaian Israel-Palestina lebih dekat.

Bagi ribuan korban pelanggaran, Sharon melewati tanpa menghadapi pengadilan atas tragedi besar mereka.

Pada tahun 1982, sebagai menteri pertahanan, Sharon  mendalangi bencana invasi Israel di Lebanon, ketika pasukan mengepung markas
Organisasi Pembebasan Palestina di Beirut.

Masa jabatannya sebagai menteri pertahanan berakhir setelah satu komite Israel menempatkan tanggung jawab pribadi secara "tidak langsung" pada dia untuk  pembantaian ratusan orang Palestina pada 1982 oleh Falangis Lebanon sekutu Israel di  Sabra Beirut dan
Kamp pengungsi Shatila.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014