Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menyatakan sejak enam bulan belakangan pihaknya terlibat aktif dalam program percepatan penanganan kekerdilan di daerah itu.

Ketua TP-PKK Kabupaten Rejang Lebong Hartini Syamsul Effendi di Rejang Lebong, Senin, mengatakan penanganan kasus kekerdilan harus melibatkan banyak pihak atau tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, sehingga bisa membuahkan hasil yang optimal.

"Alhamdulillah setelah enam bulan penanganan kasus 'stunting' (kekerdilan) kita lakukan bersama pihak-pihak terkait, kasus 'stunting' di Rejang Lebong turun," kata dia.

Dia menjelaskan pada awal penanganan kekerdilan yang dilakukan TP-PKK Kabupaten Rejang Lebong bersama sejumlah pihak terkait lainnya diketahui ada 443 kasus tersebar dalam 15 kecamatan, untuk selanjutnya dilakukan penanganan dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk penderitanya.

Upaya penanganan dengan PMT ini, kata dia, dalam enam bulan diketahui jika ada 280 anak yang berhasil ditangani dengan adanya peningkatan atau penambahan berat badan, kemudian masih ada 53 orang yang berat badannya tetap dan bahkan 23 orang yang turun.

"Untuk kasus yang berat badannya masih tetap bahkan turun kita lakukan penanganan lagi yaitu dengan mendatangi langsung rumah-rumah untuk diberikan PTM lanjutan," katanya.

Jika nantinya setelah penanganan kedua ini masih ditemukan kasus kekerdilan yang berat badan tetap atau turun, pihaknya akan melakukan penanganan lain dan membawa anak-anak ini ke dokter spesialis anak guna pemeriksaan apakah ada penyakit penyerta atau tidaknya.

Pada kesempatan itu, dirinya memastikan TP-PKK Kabupaten Rejang Lebong mewujudkan komitmen membantu pemerintah daerah setempat dalam penanganan kasus kekerdilan sehingga nantinya Kabupaten Rejang Lebong bebas dari kasus itu.

Berdasarkan penelusuran pihaknya di lapangan, kasus kekerdilan di Kabupaten Rejang Lebong disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya rendahnya pendidikan orang tua, masalah perekonomian, dan pernikahan dini.

"Faktanya di lapangan sebagian besar anak-anak yang terkena 'stunting' akibat faktor orang tua masih muda dan masih lebih mengutamakan kepentingan atau kesenangan dirinya sendiri dibandingkan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya," demikian Hartini Syamsul Effendi.

 

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022