Bengkulu (Antara) - Pelaku industri pariwisata di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara minta pemerintah membangun infrastruktur pendukung pariwisata untuk mengoptimalkan potensi daerah itu.

"Potensi wisata Enggano sangat besar, terutama bahari dan ekowisata, tapi infrastruktur pendukungnya sangat minim," kata Zulvan Zaviery, penggerak industri pariwisata Pulau Enggano, di Bengkulu Kamis.

Ia mengatakan fasilitas pendukung yang dimaksud antara lain penginapan dan kebutuhan terhadap jaringan internet atau jaringan komunikasi.

Selama ini menurutnya banyak wisatawan yang menggemari selancar atau surfing yang menggunakan kapal pesiar dan tidak mendarat di pulau itu.

"Sebab tempat menginap tidak ada, dan komunikasi juga sulit. Memang ada menara milik salah satu perusahaan telekomunikasi, tapi sering bermasalah," ujarnya.

Selain itu, transportasi menuju Pulau Enggano juga menjadi kendala, sebab sangat tergantung pada kondisi cuaca.

Saat ini satu-satunya transportasi menuju pulau terluar berjarak 106 mil dari Kota Bengkulu itu adalah kapal laut.

"Sering terjadi penundaan keberangkatan karena cuaca buruk, sementara para turis itu memiliki batas waktu di negara kita," ujarnya.

Zaviery mengatakan potensi wisata Pulau Enggano dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Apalagi masyarakat Pulau Enggano yang terdiri dari lima suku asli masih memiliki kekayaan adat istiadat serta budaya yang dapat ditawarkan bagi wisatawan.

"Adat dan kekayaan alam, termasuk hasil laut dan kondisi ombak yang menantang untuk para peselancar menjadi daya tarik Enggano," ujarnya.

Tidak hanya itu, kekayaan flora dan fauna juga menjadi daya tarik tersendiri, dimana pada 2013, ia membawa lima orang pengamat burung atau "birds watcher".

Tanggapan para pengamat burung tersebut, kata dia, sangat bagus meski beberapa hal turut disesalkan seperti lambannya penyadaran dan penanganan masalah beberapa species burung.

"Contohnya burung Nicobar pigeon yang sudah sulit ditemukan karena hampir punah akibat perburuan di luar kontrol, bahkan beo Enggano juga sudah terancam jika tidak ada tindakan," katanya.

Pulau Enggano merupakan pulau terluar Bengkulu di perairan Samudera Hindia yang dapat ditempuh dengan 12 jam pelayaran.

Pulau tersebut dihuni lebih dari 2.800 jiwa dengan lima suku asli yakni Kaharuba, Kaharubi, Kaahua, Kauno dan Kaitora. Sedangkan bagi para pendatang, mereka memberi nama suku Kamay. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014