Bengkulu  (ANTARA Bengkulu) - Budayawan Bengkulu Tantawi Jauhari mengusulkan habitat Rafflesia Arnoldi di kawasan Hutan Lindung Bukit Daun dijadikan sebagai situs warisan alam yang diakui dunia atau "world heritage" yang ditetapkan UNESCO.

"Habitat bunga rafflesia di Hutan Lindung Bukit Daun sangat layak diusulkan sebagai situs warisan alam dan panorama yang diakui dunia, karena rafflesia adalah bunga terbesar di dunia," katanya di Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan, sejarah penemuan bunga rafflesia juga terjadi di hutan hujan tropis wilayah Bengkulu oleh Thomas Stamford Raffles dan Dr Joseps Arnold pada 1818.

Apalagi dari 25 spesies rafflesia, jenis Rafflesia arnoldi adalah bunga dengan diameter paling lebar mencapai 100 cm, dan beratnya hingga 10 kilogram.

Pemerintah Indonesia kata dia sudah mengusulkan beberapa situs warisan alam untuk didaftarkan ke badan PBB UNESCO antara lain Taman Nasional Betung Kerihun di Kalimantan Barat, Taman Nasional Bunaken, Raja Ampat dan Taman Nasional Taka Bonerate.

"Kami harapkan habitat rafflesia di Hutan Lindung Bukit Daun juga didaftarkan sehingga perlindungan dan pemanfaatannya lebih optimal," tambahnya.

Raflesia sebagai warisan alam yang perlu dilestarikan juga menjadi salah satu topik dalam seminar "Heritage Internasional" yang digelar Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Kota Bengkulu akhir pekan lalu.

Peneliti rafflesia dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Dr Agus Susatya yang menjadi narasumber dalam seminar itu mengatakan rafflesia sangat pantas dijadikan sebagai warisan dunia.

"Sejarah Bengkulu sebagai tempat penemuan pertama rafflesia sangat mendukung itu sekaligus untuk melestarikan habitatnya di hutan hujan tropis," katanya.

Ia mengatakan bahwa di Provinsi Bengkulu hingga saat ini masih dapat ditemui empat jenis flora rafflesia, namun kondisinya terancam dengan aktivitas perambah hutan.

Empat jenis rafflesia yang hidup di hutan Bengkulu tersebut yakni jenis arnoldi, gadutensis, hasselti dan bengkuluensis.

"Keempat jenis raflesia ini masih bisa ditemui di hutan Bengkulu, otomatis kelestariannya sangat tergantung dengan perlindungan terhadap kawasan hutan Bengkulu yang terancam alih fungsi," kata penemu raflesia jenis bengkuluensis ini.

Ia mengatakan dalam lima tahun terakhir, flora langka tersebut semakin sulit ditemui di hutan Bengkulu dan Sumatera akibat habitat dan inangnya makin sulit didapat.

Menurutnya, raflesia yang mekar di dalam kawasan hutan semakin sulit ditemui seiring maraknya aksi penebangan liar dan perambah hutan menjadi perkebunan secara liar.

"Hutan Lindung Bukit Daun di Kabupaten Kepahiang menjadi habitat yang paling sering ditemui rafflesia mekar, tapi juga terancam perambah liar," katanya. (RNI)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012