Bengkulu (Antara) - Ratusan umat Katolik Kota Bengkulu menggelar misa 'Rabu Abu' menandai masa pra-Paskah di Gereja Santo Yohanes, Rabu.

Pastor Julianus Sukamto yang memimpin ibadah memberi penjelasan singkat kepada jemaat tentang Rabu Abu.

"Kenapa ada Rabu Abu, kenapa harus Rabu, bukan Kamis dan lainnya, ini sering jadi pertanyaan," kata Pastor.

Ia mengatakan masa prapaskah sangat penting bagi umat Katolik, yang menandai dimulainya masa puasa selama 40 hari sebelum perayaan Paskah.

Penetapan hari Rabu, sebab dalam kepercayaan umat Katolik, hari Minggu bukan masa puasa, sehingga dalam enam pekan hanya ada 36 hari.

"Karena itu ditarik empat hari ke belakang untuk memenuhi 40 hari puasa, sehingga ditetapkan masa puasa dimulai Rabu," tambahnya.

Sementara abu, kata dia, melambangkan pertobatan. Manusia yang diciptakan dari abu akan kembali ke abu.

Abu, tambahnya, juga melambangkan ketidakabadian manusia, ketidakstabilan, perkabungan dan lambang perdamaian dengan Allah.

"Jadi umat yang datang hari ini adalah orang-orang yang sadar akan dosanya dan mau berdamai dengan Allah," ujarnya.

Misa Rabu Abu menandai dimulainya prapaskah dengan puasa 40 hari. Puasa dalam tradisi umat Katolik berbeda dengan puasa yang dijalankan umat muslim.

Pastor mengatakan penerapan puasa dalam Katolik yakni mengurangi sesuatu yang menjadi kenikmatan sehari-hari.

"Misalnya dalam sehari makan kenyang sebanyak tiga kali, selama puasa hanya satu kali," katanya.

Sementara pengeluaran untuk mendapatkan makan kenyang sebanyak dua kali lainnya dikumpulkan dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Selama masa puasa, pada hari Rabu dan Jumat, umat Katolik puasa terhadap makanan jenis daging.

"Sebaiknya setiap keluarga berkomunikasi untuk menetapkan makanan yang dikonsumsi selama puasa," tambahnya.

Tidak hanya soal makanan, tapi selama berpuasa 40 hari, umat Katolik diminta menghilangkan sifat-sifat negatif dan meningkatkan solidaritas dengan sesama.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014