Brussels/Feodosia, Ukraina, 24/3 (Antara/Reuters) - Komandan militer tertinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan, Minggu, Rusia telah membangun kekuatan yang "sangat cukup besar" di daerah perbatasannya dengan Ukraina.
Moskow juga disebut-sebut kemungkinan mengincar satu wilayah lainnya yang merupakan bekas republik Soviet, Moldova, setelah ia mencaplok Krimea.
Rusia bertindak lebih seperti seorang musuh dibandingkan mitra, kata Komandan Persekutuan Tertinggi NATO untuk Eropa, Marsekal AS Philip Breedlove.
Ia juga mengatakan persekutuan 28 negara itu harus memikirkan kembali posisi dan kesiapan pasukannya di Eropa bagian timur.
Pasukan Rusia, yang menggunakan kendaraan lapis baja, senjata otomatis serta granat kilat, pada Sabtu menduduki beberapa fasilitas terakhir di Krimea yang sebelumnya masih berada di bawah kendali Ukraina.
Sehari sebelumnya, Krimea, semenanjung di Laut Hitam, itu secara resmi dicaplok oleh Presidn Rusia Vladimir Putin.
Breedlove merupakan salah satu dari beberapa pejabat dan politisi Barat yang pada hari Minggu memperingatkan bahwa Rusia mungkin tidak berhenti pada krisis Krimea.
Krisis itu telah membawa hubungan Timur-Barat kembali ke era Perang Dingin sejak para pengunjuk rasa pro-Barat di Ukraina menggulingkan Presiden yang merupakan sekutu Moskow, Viktor Yanukovych, bulan lalu.
"Pasukan (Rusia), yang berada di perbatasan Ukraina dan sekarang menuju timur, berada dengan kekuatan yang sangat-sangat cukup dan dalam keadaan sangat-sangat siap," kata komandan NATO itu dalam sebuah acara yang diadakan oleh lembaga kajian German Marshall Fund.
Wakil penasihat keamanan nasional Presiden AS Barack Obama, Tony Blinken, mengatakan penumpukan kekuatan pasukan Rusia itu kemungkinan ditujukan hanya untuk mengintimidasi para pemimpin Ukraina baru yang pro-Barat.
Namun, menurutnya, bisa saja Rusia menyerbu wilayah Ukraina yang dihuni mayoritas penduduk berbahasa Rusia itu.
"Mungkin saja mereka (pasukan Rusia) sedang bersiap-siap untuk masuk," katanya kepada CNN.
Pertemuan kelompok negara-negara industrialis G7 secara terburu-buru akan diadakan hari Senin di Belanda untuk memberi kesempatan kepada para pemimpin membahas reaksi terhadap aksi-aksi yang dilancarkan Rusia. Obama juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk pembicaraan bilateral.
Rusia menganggap pihaknya mematuhi perjanjian-perjanjian internasional dan tidak ada rencana untuk melakukan penyerbuan. Moskow menyebut pasukan yang mengambil alih pangkalan-pangkalan Ukraina di Crimea sebagai "pasukan bela diri".
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi pribadi terhadap sekutu-sekutu politik dan bisnis Putin terdekat serta mengancam akan mengeluarkan sanksi ekonomi yang lebih luas jika pasukan Putin melanggar batas bagian-bagian timur atau selatan Ukraina yang dihuni oleh penduduk mayoritas berbahasa Rusia.
Jerman, yang memiliki hubungan dagang erat dengan Rusia, mengatakan bahwa Uni Eropa saat ini bersatu padu dan siap menerapkan sanksi-sanksi terhadap Rusia jika diperlukan. Ia juga mengatakan Moskow adalah pihak yang akan lebih banyak mendapat kerugian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
Moskow juga disebut-sebut kemungkinan mengincar satu wilayah lainnya yang merupakan bekas republik Soviet, Moldova, setelah ia mencaplok Krimea.
Rusia bertindak lebih seperti seorang musuh dibandingkan mitra, kata Komandan Persekutuan Tertinggi NATO untuk Eropa, Marsekal AS Philip Breedlove.
Ia juga mengatakan persekutuan 28 negara itu harus memikirkan kembali posisi dan kesiapan pasukannya di Eropa bagian timur.
Pasukan Rusia, yang menggunakan kendaraan lapis baja, senjata otomatis serta granat kilat, pada Sabtu menduduki beberapa fasilitas terakhir di Krimea yang sebelumnya masih berada di bawah kendali Ukraina.
Sehari sebelumnya, Krimea, semenanjung di Laut Hitam, itu secara resmi dicaplok oleh Presidn Rusia Vladimir Putin.
Breedlove merupakan salah satu dari beberapa pejabat dan politisi Barat yang pada hari Minggu memperingatkan bahwa Rusia mungkin tidak berhenti pada krisis Krimea.
Krisis itu telah membawa hubungan Timur-Barat kembali ke era Perang Dingin sejak para pengunjuk rasa pro-Barat di Ukraina menggulingkan Presiden yang merupakan sekutu Moskow, Viktor Yanukovych, bulan lalu.
"Pasukan (Rusia), yang berada di perbatasan Ukraina dan sekarang menuju timur, berada dengan kekuatan yang sangat-sangat cukup dan dalam keadaan sangat-sangat siap," kata komandan NATO itu dalam sebuah acara yang diadakan oleh lembaga kajian German Marshall Fund.
Wakil penasihat keamanan nasional Presiden AS Barack Obama, Tony Blinken, mengatakan penumpukan kekuatan pasukan Rusia itu kemungkinan ditujukan hanya untuk mengintimidasi para pemimpin Ukraina baru yang pro-Barat.
Namun, menurutnya, bisa saja Rusia menyerbu wilayah Ukraina yang dihuni mayoritas penduduk berbahasa Rusia itu.
"Mungkin saja mereka (pasukan Rusia) sedang bersiap-siap untuk masuk," katanya kepada CNN.
Pertemuan kelompok negara-negara industrialis G7 secara terburu-buru akan diadakan hari Senin di Belanda untuk memberi kesempatan kepada para pemimpin membahas reaksi terhadap aksi-aksi yang dilancarkan Rusia. Obama juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk pembicaraan bilateral.
Rusia menganggap pihaknya mematuhi perjanjian-perjanjian internasional dan tidak ada rencana untuk melakukan penyerbuan. Moskow menyebut pasukan yang mengambil alih pangkalan-pangkalan Ukraina di Crimea sebagai "pasukan bela diri".
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi pribadi terhadap sekutu-sekutu politik dan bisnis Putin terdekat serta mengancam akan mengeluarkan sanksi ekonomi yang lebih luas jika pasukan Putin melanggar batas bagian-bagian timur atau selatan Ukraina yang dihuni oleh penduduk mayoritas berbahasa Rusia.
Jerman, yang memiliki hubungan dagang erat dengan Rusia, mengatakan bahwa Uni Eropa saat ini bersatu padu dan siap menerapkan sanksi-sanksi terhadap Rusia jika diperlukan. Ia juga mengatakan Moskow adalah pihak yang akan lebih banyak mendapat kerugian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014