Athena (ANTARA) - Kantor berita pemerintah Bulgaria pada Selasa mengatakan Presiden Bulgaria Rumen Radev mempertanyakan keanggotaan Ukraina di NATO dengan menyampaikan bahwa pertanyaannya bukan apakah Ukraina akan menjadi anggota, namun kapan Ukraina akan menjadi anggota NATO.
“Dan jawabannya juga akan bergantung pada perkembangan di medan perang, pada kemungkinan penyelesaian perdamaian yang berkelanjutan dan adil. Tentu saja Ukraina adalah negara berdaulat dan mempunyai kebebasan untuk memutuskan,” kata Presiden Radev.
Baca juga: AS umumkan bantuan militer lebih dari 2,3 miliar dolar untuk Ukraina
Radev menuturkan bahwa perang di Ukraina menimbulkan tantangan besar bagi Bulgaria, Uni Eropa dan dunia pada umumnya. Menurut dia, setiap hari perang Rusia di Ukraina merupakan risiko yang semakin besar terhadap perdamaian dunia.
“Perang ini sudah menjadi perang gesekan, konflik ekonomi global, yang menimbulkan penderitaan manusia dan kerugian material yang sangat besar, menguras sistem ekonomi dan sosial kita, memicu ketidakstabilan politik dan populisme,” ucapnya.
Dengan alasan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam perang ini – Rusia, Ukraina dan negara-negara Barat – telah meremehkan satu sama lain dan harus membayar mahal, ia mendesak upaya diplomasi dan negosiasi untuk mengakhiri konflik tersebut.
Baca juga: Rusia serang pangkalan udara Ukraina tempat pesawat pasokan Barat
Mengenai kemungkinan penempatan pasukan ke Ukraina oleh aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Radev menekankan bahwa di satu sisi, ia dapat memahami kekhawatiran beberapa pemimpin politik bahwa jika pihaknya tidak mendukung Ukraina dengan segala hal, termasuk pasukan, itu berarti mengkhianati nilai-nilai aliansi tersebut.
“Di sisi lain, kita harus jelas bahwa NATO harus dan tidak akan ikut serta dalam perang ini, terutama dengan mengirim pasukan di lapangan,” tutur dia.
Selanjutnya mengenai ekspektasi terhadap masuknya Bulgaria dan Rumania ke wilayah Schengen melalui jalur darat, Radev memperingatkan dia meyakini bahwa mengecualikan Bulgaria dan Rumania dari Schengen tidak berkontribusi pada stabilitas dan kemakmuran Eropa atau pada mobilitas militer yang diperlukan pada saat krisis dan perang.
Sumber: Anadolu