Bengkulu (Antara-IPKB) - Permasalahan kesehatan pada perempuan berawal dari masih tingginya usia perkawinan pertama di bawah 20 tahun. Pernikahan dini di Bengklulu masih terdapat sebesar 2,7 persen pada usia 15 tahun, 3,7 persen pada usia 16 tahun, 7,6 persen pada usia  17 tahun, 16,4 persen pada usia 18 tahun dan sebesar 15,5 persen pada usia 19 tahun.

Sekretaris Ikatan Pemerhati dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Bengkulu Timbul P Silitonga menyebutkan, pernikahan usia muda itu belum sempurnanya reproduksi, sehingga dapat menyebabkan terjadi kematian pada bayi. Puncak kemampuan reproduksi WUS telah bergeser dari kelompok umur 20-24  ke  kelompok 25-29 tahun.

Ia mengatakan, dampak dari peristiwa pernikahan dini, terjadi ibu melahirkan dibawah usia 20 tahun yang dapat menyebabkan kematian pada bayi. Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 merilis kematian bayi tertinggi didapati pada wanita usia subur (WUS) yang melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun sebanyak 57 kematian per 1.000 kelahiran.

Dan hal itu dapat juga dialami wanita dengan paritas tinggi (3 anak atau lebih), serta selang kelahiran yang pendek, demikian itu sebagai materi yang disampaikan Timbul pada desiminasi kependudukan di Bengkulu belum lama ini.

Median umur melahirkan  pertama pada WUS umur 25-29 tahun sebesar 22,1 tahun, lebih tinggi dibandingkan WUS umur 45-49  tahun sebesar 19,8 tahun. Sebesar 9 persen remaja wanita umur 15-19 tahun pernah melahirkan atau sedang  hamil anak pertama.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian balita di daerah itu mencapai sebesar 33/1000 kelahiran hidup. Diantaranya kematian pada kelompok bayi usia 0-28 hari (neonatum) 17/1000, post neonatum atau kematian pada bayi usia 1-11 bulan sebesar 6/1000. Dan angka kematian anak usia 1-5 tahun sebesar 11/1000 kelahiran.

Menurut dia, kematian pada bayi dominan yang disebabkan hal tersebut karena terhadap aspek lain seperti pelayanan telah meningkat baik dari pelayanan kesehatan ibu maupun bayi.

Dari hasil survei 2012 itu terdapat sebesar 97 persen ibu hamil menerima pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan professional. Mencapai 90 persen ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan empat kali atau lebih selama kehamilan. Dan lebih dari setengah atau sebesar 57 persen ibu hamil mendapat penjelasan komplikasi selama kehamilan. Serta mencapai 71 persen dari anak terakhir dilahirkan ibu terlindungi dari neonatal tetanus.

Merujuk dari kondisi kependudukan tersebut dapat disimpulkan perlunya penanganan program Kependudukan dan KB secara serius dan kontinu dengan dapat mengintegrasikan kebijakan lintas sektor.(bing)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014