Bengkulu (Antara-IPKB) - Kebijakan pembangunan keluarga dilaksanakan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan. Untuk mendukung dapat dilaksanakannya fungsi-fungsi keluarga secara optimal.
Keluarga merupakan tempat utama menumbuh kembangkan anggota yang ada di dalamnya. Sebab dalamnya ditanamkan nilai, fungsi keluarga serta karakternya.

"Maka dalam upaya pembangunan kependudukan perlu tanamkan fungsi keluarga," kata Wakil Bupati Kaur, Bengkulu Yulis Suti Sutri dalam sambutan tertulisnya pada penutupan Bhaktisosial kesatuan gerak Bhayangkara KB Kesehatan 2014 akhir Maret belum lama ini.

Pembangunan keluarga dengan melaksanakan fungsi-sungsi tersebut agar dapat membendung masuknya pengaruh lingkungan mikro, meso, ekso dan makro, ujarnya.

Dengan dasar itu maka pembangunan keluarga amat perlu dilakukan mulai sejak masa reproduksi, melahirkan serta pengasuhan anak. Bahkan, pembinaan remaja hingga lansia pun merupakan pembinaan secara menyeluruh dalam siklus kehidupan manusia, tambah Yulis.

Yulsi Suti Sutri mengatakan, upaya mempercepat pembangunan keluarga, pemerintah menetapkan pelaksanaan itu melalui UU No.52/2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.

Ia menyadari, bahwa dalam pelasaksanaan pembangunan keluarga masih banyak tantangan yang ditemukan, terutama dalam aspek pertumbuhan. Berdasarkan proyeksi penduduk 2014, jumlah penduduk kelompok balita dan anak usia 0-9 tahun mencapai 47,2 juta jiwa. Remaja pada kelompok usia 10-24 tahun sebanyak 65,7 juta jiwa dan penduduk lansia usia 60 tahun berjumlah 20,8 juta.

Menilik proforsi penduduk dengan kelompok usia tersebut, akan berdampak pada tingginya angka ketergantungan. Apalagi dengan jumlah penduduk miskin yang mencapai 23,7 juta jiwa. 

Menurut dia, penerpan fungsi keluarga dalam kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat belum dilaksanakan secara optimal berdampak terjadinya pergeseran nilai budaya dan moral bangsa.

Pelaksanaan delapan fungsi keluarga belum optimal disebabkan masih kurangnya perencanaan dalam sebuah keluarga
Jika pembangunan kependudukan dan keluarga kurang mendapat respon dari semua elemen akan memengaruhi capaian bonus demografi. Melihat kondisi kependudukan yang ada perlu secara konsent dalam pembinaan remaja guna bangsa mampu meraih bonus demografi, tukasnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Penduduk (DALDUK) BKKBN Bengkulu Iskandar ditempat terpisah mengatakan, pergeseran niali budaya dan moral dapat juga disebabkan krusialnya masalah kependudukan, dari aspek kuantitas telah terjadinya angka kelahiran yang tidak terkendali.

Angka kelahiran di Kota Bengkulu masih menempati 2,14 anak per wanita berkeluarga, sehingga jumlah penduduk di daerah ini mencapai 308.544 jiwa dengan kepadatan 2.135 jiwa/KM2. Kualitaspun menjadi permasalahan pada sektor kependudukan, sebagai indikator indek pembangunan manusia (IPM) kesehatan, pendidikan dan sektor ketenaga kerjaan.   

Ia mengatakan, setiap keluarga harus mempunyai perencanaan hidup untuk meraih masa depan anggota keluarga secara jelas, tentunya diperlukan penerapan fungsi keluarga.

"Delapan fungsi, fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi pendidikan,  fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan," katanya. (rs)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014