Abuja,  (Antara/AFP) - Kelompok Islam terkemuka Nigeria  menuduh militer negara itu membunuh secara cepat warga Muslim atas nama kontra-terorisme, yang memicu bantahan keras dan segera dari petinggi militer, Selasa.

        Jama'atu Nasril Islam (JNI), kelompok induk dari organisasi Muslim, mengatakan pengikut mereka menjadi rumpun manusia terancam, dibunuh dan dibuntungi tanpa pandang bulu dengan alasan memerangi terorisme.

        "Dimensi dari pembunuhan para warga Muslim tanpa dihukum oleh militer didasarkan pada satu dugaan yang tidak benar," katanya dalam satu pernyataan yang ditandatangani oleh sekjennya, Khalid Aliyu.

        Tuduhan JNI itu, yang dibuat setelah mengklaim bahwa tentara mengeksekusi seketika ratusan petempur Islam setelah operasi militer di negara bagian Nasarawa, Nigeria tengah Kamis lalu.

        Pemerintah mengatakan "sejumlah" suku Fulani, satu kelompok  etnik yang beragama Islam terdiri atas para pengembala ternak, tewas ketika pasukan  berusaha melucuti senjata-senjata penduduk lokal dan memaksa satu perjanjian perdamaian.

        JNI mengatakan 15 orang tewas dan menambahkan insiden itu  adalah contoh terbaru yang direkayasa negara bagian itu bagi aksi kekerasan di mana "para warga Muslim yang tidak bersalah dibunuh tanpa belas kashian".

        Kekerasan antara suku Fulani dan para petani sering terjadi di Nigeria tengah.

        Kekerasan itu, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak tahun 1992, kata Human Rigths Watch berasal dari sengjeta mengenai hak pengembalaan ternak juga menyangkut etnik dan agama.

        Juru bicara depertemen pertahahan Chris Olukolade menolak tuduhan JNI itu sebagai "bohong dan menghasut".

        "Militer Nigeria dan badan-badan keamanan lainnya tidak memiliki kebijakan, agenda atau rencana-rencana untuk melakikan pembunuhan atau pembunuhan tanpa hukum yang dipatuhi warga," katanya dalam satu pernyataan di surat elektronik.

        Militer sebelumnya membantah pernyataan Amnesti Internasional bahwa pasukan telah mengeksekusi ratusan angota kelompok garis keras Boko Haram setelah pembolan satu penjara di kota Maiduguri, Nigeria timur laut pada 14 Maret.

        JNI, dipimpin oleh pemimpin Muslim Nigeria, Sultan Sokoto, juga mengacu pada insiden itu, menyebutnya sebagai "menyakitkan dan tidak dapat diterima", menanyakan apakah  Nigeria memiliki "satu agenda besar" terhadap warga Muslim.

        Pemimpin Muslim, termasuk Aliyu dari JNI, Februari menyatakan kekhawatiran mereka atas masalah agama setelah satu gelombang penahan massal warga Muslim di Nigeria selatan atas tuduhan punya hubungan dengan Boko Haram.

        Aliyu mengemukakan kepada AFP saat itu bahwa tindakan penahanan itu dapat mengakibatkan perang saudara jika pihaknya memutuskan untuk melakukan pembalasan.

Penerjemah R. Nurdin 

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014