Jakarta (Antara) - PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) menilai pemerintah harus berani menurunkan angka subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki struktur ekonomi Indonesia.

Langkah awalnya adalah berani menurunkan subsidi BBM, dan mengalokasikan budget subsidi ke sektor produktif dan tepat sasaran misalnya perbaikan infrastruktur," kata Direktur Investasi MAMI, Alvin Pattisahusiwa dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan langkah pemerintah mengoreksi tingkat pertumbuhan adalah konsekuensi logis dari upaya Bank Indonesia menurunkan tingkat pinjaman dan menurunkan impor karena defisit yang terus melebar.

Dia menilai upaya menekan impor tidak bisa digunakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal yaitu 5,9 hingga 6 persen.

"Pertumbuhan ekonomi bisa didukung dari ekonomi domestik dengan menarik investasi masuk dan meningkatkan ekspor melalui pembenahan infrastruktur," ujarnya.

Menurut dia, pembenahan infrastruktur itu bisa dilakukan dengan menaikkan anggaran untuk infrastruktur dengan menurunkan anggaran subsidi yang tidak produktif seperti BBM bersubsidi.

Alvin menjelaskan pertumbuhan optimal Indonesia akan berpengaruh bagi MAMI secara makro dan mikro. Dia mengatakan pertumbuhan perusahaan yang menjadi tujuan investasi MAMI yang baik bisa berdampak pada pertumbuhan MAMI menjadi 15 persen.

"Angka pertumbuhan MAMI bisa lebih dari 15 persen apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia 6 persen," katanya.

Dia menilai mengemukanya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi dipicu ketidaksesuaian antara asumsi dan realitas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurut dia, ketidakcocokan itu berpotensi meningkatkan defisit APBN ke kisaran 2,7 persen terhadap PDB atau melebihi target internal pemerintah di kisaran 2,5 persen.

"Beberapa asumsi yang kurang sejalan dengan realitas diantaranya asumsi nilai tukar dan produksi minyak mentah," ujarnya.

Dia mengatakan MAMI memproyeksikan inflasi di 2014 sebesar 6,3-6,8 persen, dan sudah memperhitungkan kemungkinan kenaikan harga BBM bersubsidi sekitar 30 persen yang menambah beban inflasi 0,4 persen.

Alvin menjelaskan apabila tidak ada kenaikan harga BBM bersubsidi, diperkirakan inflasi tahun ini cukup rendah karena dampak banjir awal tahun tidak seburuk ekspektasi sebelumnya serta tidak terlalu banyak lonjakan harga pangan. ***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014