Bandarlampung (Antara) - Ekspor biji kopi Lampung pada Mei 2014 sebesar 7.557 ton senilai 15,189 juta dolar Amerika Serikat, turun hampir 50 persen  dibandingkan bulan sebelumnya.

"Jumlah itu baik volume maupun nilainya turun sekitar 50 persen dibandingkan April 2014," kata Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, Muchtar Lutfie, di Bandarlampung, Selasa.

Ia menyebutkan, penurunan ekspor itu akibat musim hujan tahun lalu sehingga bunga bakal kopi banyak yang rontok sehingga panen berkurang.

Penyebab lainnya adalah stok kopi baik di tingkat petani sedikit, kecuali di gudang eksportir kopi, mengingat mereka harus memenuhi kontrak perdagangan.

Selain itu, panen raya kopi terutama di dataran tinggi di sentra-sentra perkebunan kopi Lampung seperti di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara dan Waykanan, tetapi tahun ini diperkirakan tidak sebanyak tahun lalu.

"Belum panen raya komoditas tersebut sehingga berpengaruh kepada ekspor," katanya pula.

Ia menjelaskan, ekspor biji kopi melalui Pelabuhan Panjang Kota Bandarlampung itu juga ditopang dari provinsi lainnya yakni Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Menurutnya, tanaman kopi di dataran rendah dan tinggi perkebunan kopi Lampung telah panen raya dan diperkirakan akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan.

Muchtar Lutfie menjelaskan, pada puncak panen raya ini dipastikan ekspor dan permintaan dalam negeri akan kopi robusta meningkat.

Produksi kopi Lampung mencapai 142.000 ton per tahun dengan luas areal tanaman kopi 163.000 hektare dan sekitar 230.000 kepala keluarga menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.

Saat ini harga kopi di Lampung  mencapai Rp20.000 - Rp21.000 per kilogram atau mengalami kenaikan dari nilai jual sebelumnya.

"Harga kopi asalan beberapa waktu lalu sekitar Rp17.000 per kilogram, sekarang ada kenaikan kisaran Rp3.000 hingga Rp4.000 setiap kilogramnya," kata Aswar, petani dari Kampung Argomulyo Kecamatan Banjit di Waykanan.

Ia mengaku tidak kesulitan menjual komoditas perkebunan itu dalam betuk asalan. Namun mereka jarang menjualnya dalam bentuk bubuk. (Antara)

Pewarta: Oleh Agus Wira Sukarta

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014