Sebanyak lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan bantal antibakteri dan tungau berbahan limbah sabut kelapa, enceng gondok, dan ekstrak daun sirih.
Mahasiswa Sekolah Vokasi UGM Marsyela Tri Aryani saat jumpa pers di Ruang Fortakgama UGM di Yogyakarta, Jumat, menuturkan ide pembuatan bantal bermula dari keprihatinan terhadap persoalan eutrofikasi tanaman enceng gondok yang merusak perairan karena pertumbuhannya relatif cepat, serta banyaknya limbah sabut di masyarakat yang belum termanfaatkan dengan baik.
"Kami ingin mengolah limbah-limbah tersebut dan berpikir mengembangkan produk yang lekat dengan kebutuhan manusia berbahan kedua limbah itu. Lalu, tercetus ide membuat bantal," ujarnya.
Produk yang diberi nama "Bangau" (Bantal Antibakteri dan Tungau) dirancang oleh Marsyela bersama Silvia Rahmawati, Alda Anisah, dan Rizal Aziz Pradana dari Sekolah Vokasi UGM, serta Luthfia Uswatun Khasanah dari Fakultas Biologi UGM.
Setelah melakukan kajian pustaka dari sejumlah jurnal, mereka menemukan fakta bahwa enceng gondok berpotensi sebagai tanaman obat.
Kelima mahasiswa tersebut merancang produk bantal antibakteri dan tungau dengan konsep natural. Mereka membuat bantal dengan 100 persen bahan alami mulai dari isian hingga luaran bantal sehingga tidak hanya mengurai persoalan lingkungan, tetapi juga menghadirkan produk yang bermanfaat bagi kesehatan.
Enceng gondok, katanya, mengandung senyawa aktif fenol, flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida yang memiliki peranan secara biologis sebagai antioksidan, antijamur, antibakteri, dan antikanker.
Produksi bantal antibakteri itu, kata dia, diawali dengan penganyaman eceng gondok kering menjadi berbentuk lilitan kecil maupun sedang. Berikutnya, anyaman bantal direbus dengan ekstrak daun sirih agar ekstrak dapat tercampur merata pada anyaman.
Setelah itu, pengeringan dan penyemprotan kembali ekstrak daun sirih secara merata, lalu anyaman dimasukkan ke plastik selama 12 jam agar ekstrak daun sirih meresap dalam anyaman.
"Selanjutnya dilakukan pengolahan sabut kelapa sebagai bahan isian bantal. Pengolahan untuk mengubah sabut kelapa yang kasar menjadi tekstur yang hampir menyerupai woll atau benang," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mahasiswa UGM ciptakan bantal antibakteri dan tungau
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
Mahasiswa Sekolah Vokasi UGM Marsyela Tri Aryani saat jumpa pers di Ruang Fortakgama UGM di Yogyakarta, Jumat, menuturkan ide pembuatan bantal bermula dari keprihatinan terhadap persoalan eutrofikasi tanaman enceng gondok yang merusak perairan karena pertumbuhannya relatif cepat, serta banyaknya limbah sabut di masyarakat yang belum termanfaatkan dengan baik.
"Kami ingin mengolah limbah-limbah tersebut dan berpikir mengembangkan produk yang lekat dengan kebutuhan manusia berbahan kedua limbah itu. Lalu, tercetus ide membuat bantal," ujarnya.
Produk yang diberi nama "Bangau" (Bantal Antibakteri dan Tungau) dirancang oleh Marsyela bersama Silvia Rahmawati, Alda Anisah, dan Rizal Aziz Pradana dari Sekolah Vokasi UGM, serta Luthfia Uswatun Khasanah dari Fakultas Biologi UGM.
Setelah melakukan kajian pustaka dari sejumlah jurnal, mereka menemukan fakta bahwa enceng gondok berpotensi sebagai tanaman obat.
Kelima mahasiswa tersebut merancang produk bantal antibakteri dan tungau dengan konsep natural. Mereka membuat bantal dengan 100 persen bahan alami mulai dari isian hingga luaran bantal sehingga tidak hanya mengurai persoalan lingkungan, tetapi juga menghadirkan produk yang bermanfaat bagi kesehatan.
Enceng gondok, katanya, mengandung senyawa aktif fenol, flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida yang memiliki peranan secara biologis sebagai antioksidan, antijamur, antibakteri, dan antikanker.
Produksi bantal antibakteri itu, kata dia, diawali dengan penganyaman eceng gondok kering menjadi berbentuk lilitan kecil maupun sedang. Berikutnya, anyaman bantal direbus dengan ekstrak daun sirih agar ekstrak dapat tercampur merata pada anyaman.
Setelah itu, pengeringan dan penyemprotan kembali ekstrak daun sirih secara merata, lalu anyaman dimasukkan ke plastik selama 12 jam agar ekstrak daun sirih meresap dalam anyaman.
"Selanjutnya dilakukan pengolahan sabut kelapa sebagai bahan isian bantal. Pengolahan untuk mengubah sabut kelapa yang kasar menjadi tekstur yang hampir menyerupai woll atau benang," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mahasiswa UGM ciptakan bantal antibakteri dan tungau
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022