Yogyakarta (Antara) - Keberadaan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sebagai satwa endemik Indonesia merupakan aset biologis yang tak ternilai harganya, namun saat ini status satwa tersebut terancam punah.
"Laporan IUCN (International Union for Conservation of Nature) menyebutkan, populasi gajah Sumatera ini di habitatnya menurun drastis akibat penyusutan habitat dan kematian. Gajah Sumatera telah kehilangan sekitar 70 persen habitatnya," kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Joko Prastowo usai membuka workshop 'Problem Medis dan Reproduksi Gajah' di Yogyakarta, Senin.
Lebih lanjut Joko menyebutkan, estimasi populasi gajah Sumatra di alam habitatnya hanya berkisar 2400-an ekor. Namun kini diperkirakan jumlahnya telah menurun drastis, jauh dari angka tersebut.
Maka, kata dia, FKH UGM menyikapi kondisi tersebut melalui tindakan-tindakan konkret di lapangan.
"Untuk mendukung keberadaan dan kelestarian satwa gajah Sumatra tersebut melalui pengelolaan 'breeding' yang baik dengan memberi pelatihan para dokter hewan di lapangan," katanya.
Ia mengatakan, kegiatan yang diselenggarakan atas kerja sama Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Gembira Loka Zoo (GLZoo), Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC), berlangsung selama tiga mlai 8-10 Juni 2014.
Seminar dan workshop yang diorganisir oleh Mahasiswa Kelompok Studi Satwa Liar (KSSL) dan Wildlife Conservation Forum (WCF) mengundang ratusan dokter hewan dan mahout (pawang gajah) dari Taman Margasatwa Ragunan-Jakarta, Balisafari and Marine Park-Bali, Kebun Binatang Bukit Tinggi.
Selain itu, Gembira Loka Zoo Yogyakarta (GLZoo), PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Taman Satwa Taman Jurug-Solo, Frankfurt Zoological Society (FZS), dan Maharani Zoo/Jatim Park, katanya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014