Pele, legenda sepak bola yang menjadi ikon sukses Brazil di Piala Dunia, tampaknya terlupakan karena, bahkan tidak diundang saat acara pembukaan Piala Dunia 2014 di Stadion Corinthians, Sau Paulo pada 12 Juni lalu.

        Ironisnya, rumahnya di kawasan Santos tidak terlalu jauh dari stadion yang menjadi markas klub papan atas Corinthians itu.

        Saat upacara pembukaan yang dihadiri Presiden Brazil Dilma Roussef dan belasan kepala negara itu, Pele yang berjasa mengantar Brazil juara dunia tiga kali, ternyata sedang terjebak kemacetan di pusat kota Sao Paulo.

        "Ini adalah untuk kedua kalinya saya mendengar siaran pertandingan Brazil di Piala Dunia melalui radio, pertama pada 1950 dan sekarang ini," kata Pele seperti yang dikutip televisi Globo.

         Pele yang sekarang berusia 73 tahun dan diangkat sebagai duta kehormatan saat persiapan Piala Dunia 2014, juga punya banyak pengagum di luar negeri.

          Minggu lalu, sebuah museum yang dibangun khusus untuk mengenang jasa-jasanya, diresmikan di kota pantai Santos, markas klub yang pernah dibelanya.

         Namun saat berlangsungnya Piala Dunia 2014, Pele justru lebih banyak tampil di iklan televisi untuk pasar swalayan,  makanan cepat saji dan produk shampoo.

           Yang cukup mengherankan adalah keputusan panitia yang menunjuk supermodel Brazil Gisele Bundchen untuk menyerahkan piala kepada tim pemenang di Rio de Janeiro pada 13 Juli mendatang.

          "Saya merasa aneh saja," kata Rodrigo Andrade, 27, seorang pastor asal Sao Paulo yang berkunjung ke Museum Pele itu.

          "Saya kira semua orang yang datang dari luar Brazil tidak hanya ingin menyaksikan Piala Dunia, tetapi juga ingin melihat Pele," katanya.

          Pele tidak berhasil dihubungi untuk dimintai komentarnya dan tim publikasinya juga tidak memberikan penjelasan atas permintaan AFP.

          Guilherme Guarche, sejarawan dari Memorial das Conquistas, museum klub Santos FC, menduga bahwa Pele terlibat perselisihan dengan FIFA, organisasi tertinggi sepak bola.

         "Itu tergantung pada pembicaraan antara Pele dan FIFA. Kami tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka, mengapa dia tidak muncul. Itu urusan FIFA," katanya.

         Tetapi seorang sejarawan dan sekaligus wartawan Marcos Guterman mengatakan bahwa citra Pele sebagai pribadi secara perlahan mulai meredup di Brazil, di tengah pergolakan sosial masyarakat.

         "Masyarakat di sini tidak terlalu peduli dengan Pele, berbeda dengan orang asing," kata Guterman, pengarang buku "Sepak Bola Menjelaskan Brazil".

          "Pele memang simbol dari kebesaran sepak bola Brazil, tapi ia adalah bagian dari masa lalu," katanya.

          Gutterman kemudian menambahkan: "Ada banyak pemain lain yang lebih penting dari Pele, contohnya Socrates. Pendapatnya lebih penting bagi kami karena ia juga terlibat dalam kehidupan politik Brazil."
     "Tapi Pele tidak demikian. Ia bersimpati kepada pemerintah, siapa pun pemerintah itu. Ia berbicara untuk pemerintah, termasuk diktator. Jadi kami tidak menanggapi serius pandangan politiknya," katanya menambahkan.                                    
                                                                          Dinilai Aneh
   Tahun lalu, Pele menyinggung perasaan masyarakat ketika ia mengecam protes atas banyaknya kesenjangan yang terjadi dan buruknya pelayanan dasar pada Piala Konfederasi lalu.

         "Sungguh memalukan.... ia menjadi sangat tidak populer karena pendapat itu dan tentu saja masyarakat tidak bisa melupakannya," kata Guterman.

          "Pele tidak lebih dari bagian masa lalu, ia sudah tidak penting lagi bagi kami sekarang," katanya.

           Jose Paula Florenzano, seorang antropolog dan ahli sepak bola di Universitas Katholik Pontifical Sao Paulo, setuju dengan pendapat tersebut.

         "Sungguh sangat aneh, ia sudah kehilangan segalanya," katanya sambil menambahkan bahwa banyak masyarakat yang bersikap mendua tentang Pele yang dilahirkan pada 1940 dengan nama lengkap Edson Arantes do Nascimento itu.

         Bahkan sebagian warga Brazil ketika ditanya siapa pemain terbaik dunia, akan menjawab Garrincha, "Kegembiraan Rakyat" karena keterampilan menggiring yang menyihir penonton. ***3***
(Ant)

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014