Bengkulu, (Antara) - Kementerian Agama Provinsi Bengkulu mengungkapkan hilal sebagai tanda awal Ramadhan tidak terlihat dari lokasi pengamatan di daerah itu.
"Kondisi cuaca di Bengkulu berkabut, agak sulit melihat di Bengkulu, oleh karena itu hilal tidak terlihat, sedangkan awal Ramadhan diputuskan di Sidang Isbat malam ini, walaupun kita tidak bisa melihatnya dari Bengkulu, mungkin saja di lokasi pemantauan lain terlihat," kata Kepala Kantor Kemenag Provinsi Bengkulu, Suardi Abbas di Bengkulu, Jumat.
Sesuai penghitungan rukyat, penentuan jadwal melihat hilal yakni pukul 18.13.26 detik ke langit yang mengarah pantai dengan titik koordinat 03 derajat 47` 6.16`` lintang selatan dan 102 derajat 15` 12.04`` bujur timur, Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu.
Namun kata Suardi, jika di daerah lain bisa melihat hilal, maka pada Sabtu seluruh umat muslim di Indonesia langsung menunaikan ibadah puasa pertama.
Jika tidak satu pun yang bisa melihat, Sidang Isbat kemungkinan akan menetapkan awal Ramadhan akan jatuh pada Minggu (29/6).
"Untuk wilayah Sumatera ada empat lokasi tempat melihat hilal, yakni di Provinsi NAD, Sumatera Barat, Lampung dan Bengkulu. Kita di Bengkulu tidak bisa menetapkan awal Ramadhan, hanya melaporkan apa yang dilihat hari ini saja, " kata dia.
Jika terjadi perbedaan awal Ramadhan, Kepala Kantor Kemenag itu mengimbau seluruh masyarakat setempat untuk tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai bahan pertikaian.
"Muahammadiyah menetapkan awal Ramadhan pada 28/6, melalui sistem hisab, dan Pemerintah RI menetapkannya setelah melihat hilal, semuanya sama bisa diikuti, jadi tidak ada permasalahan untuk itu, lebih baik kita memanfaatkannya dengan memperbanyak ibadah," kata dia.
Selain itu dia juga meminta kepada pihak aparat hukum untuk menertibkan warung remang-remang, tempat hiburan malam serta mencegah peredaran minuman keras.
"Bagi tempat hiburan malam silahkan buka, tetapi pada waktu tertentu, tolong hormati saudara kita yang menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan," ucapnya.
Bagi masyarakat yang beribadah pun juga diimbau agar menunaikan ibadah tanpa mengganggu masyarakat lainnya.
"Seperti tadarus dengan pengeras suara hingga larut malam, kita harap, masyarakat membatasi itu, mungkin bisa dengan tidak menggunakan pengeras suara karena sebagian saudara kita yang lainnya juga ingin istirahat, inilah yang namanya toleransi," kata Suardi.
***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Kondisi cuaca di Bengkulu berkabut, agak sulit melihat di Bengkulu, oleh karena itu hilal tidak terlihat, sedangkan awal Ramadhan diputuskan di Sidang Isbat malam ini, walaupun kita tidak bisa melihatnya dari Bengkulu, mungkin saja di lokasi pemantauan lain terlihat," kata Kepala Kantor Kemenag Provinsi Bengkulu, Suardi Abbas di Bengkulu, Jumat.
Sesuai penghitungan rukyat, penentuan jadwal melihat hilal yakni pukul 18.13.26 detik ke langit yang mengarah pantai dengan titik koordinat 03 derajat 47` 6.16`` lintang selatan dan 102 derajat 15` 12.04`` bujur timur, Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu.
Namun kata Suardi, jika di daerah lain bisa melihat hilal, maka pada Sabtu seluruh umat muslim di Indonesia langsung menunaikan ibadah puasa pertama.
Jika tidak satu pun yang bisa melihat, Sidang Isbat kemungkinan akan menetapkan awal Ramadhan akan jatuh pada Minggu (29/6).
"Untuk wilayah Sumatera ada empat lokasi tempat melihat hilal, yakni di Provinsi NAD, Sumatera Barat, Lampung dan Bengkulu. Kita di Bengkulu tidak bisa menetapkan awal Ramadhan, hanya melaporkan apa yang dilihat hari ini saja, " kata dia.
Jika terjadi perbedaan awal Ramadhan, Kepala Kantor Kemenag itu mengimbau seluruh masyarakat setempat untuk tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai bahan pertikaian.
"Muahammadiyah menetapkan awal Ramadhan pada 28/6, melalui sistem hisab, dan Pemerintah RI menetapkannya setelah melihat hilal, semuanya sama bisa diikuti, jadi tidak ada permasalahan untuk itu, lebih baik kita memanfaatkannya dengan memperbanyak ibadah," kata dia.
Selain itu dia juga meminta kepada pihak aparat hukum untuk menertibkan warung remang-remang, tempat hiburan malam serta mencegah peredaran minuman keras.
"Bagi tempat hiburan malam silahkan buka, tetapi pada waktu tertentu, tolong hormati saudara kita yang menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan," ucapnya.
Bagi masyarakat yang beribadah pun juga diimbau agar menunaikan ibadah tanpa mengganggu masyarakat lainnya.
"Seperti tadarus dengan pengeras suara hingga larut malam, kita harap, masyarakat membatasi itu, mungkin bisa dengan tidak menggunakan pengeras suara karena sebagian saudara kita yang lainnya juga ingin istirahat, inilah yang namanya toleransi," kata Suardi.
***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014