Yerusalem (Antara/AFP) - Israel memulai lagi serangan udara terhadap Gaza Selasa setelah Hamas, musuhnya dari Palestina, menolak satu gencatan senjata dan menembakkan puluhan roket ke perbatasannya, yang membunuh seorang Israel untuK pertama kali.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan tentara akan "memperluas dan mengintensifkan" operasinya di Gaza setelah Hamas menolak proposal gencatan senjata Mesir.

Serangan-serangan terbaru Israel membunuh dua warga Gaza, menaikkan jumlah korban meninggal menjadi 194 orang dalam kekerasan yang telah berlangsung delapan hari, kata sumber-sumber medis.

Warga Israel itu meninggal dalam serangan roket atas wilayah Israel dekat Erez yang berseberangan dengan Gaza, kata tentara.

Sayap bersenjata Hamas, Ezzedine al-Qassam menyataan pihaknya melancarkan serangan tersebut.

Warga yang berusia 38 tahun itu sedang membawa makanan untuk tentara yang betugas di kawasan itu, kata seorang juru bicara untuk layanan darurat Israel kepada kantor berita AFP.

Peristiwa itu terjadi setelah kabinet keamanan Israel menyatakan Selasa pagi pihaknya menerima satu proposal Mesir bagi gencatan senjata yang mulai berlaku pukul 0600 GMT (pukul 13:00 WIB).

Tapi pejabat-pejabat Hamas menyatakan mereka tidak diajak berkonsultasi mengenai proposal itu dan tidak akan menghentikan serangan tanpa suatu perjanjian penuh termasuk konsesi Israel.

Sayap bersenjata gerakan itu terus menembakkan puluhan roket ke Israel setelah batas waktu 0600 GMT.

Pada pukul 1200 GMT (pukul 19.00 WIB), tentara Israel mengumumkan pihaknya memulai lagi serangan-serangan udara, setelah para militan menembakkan 47 roket dari Gaza.

Serangan-serangan terbaru mengenai Gaza City, bagian selatan Khan Younis dan Rafah dan membunuh dua orang.

"Ini akan lebih baik diselesaikan secara diplomatik, itu yang kami coba lakukan ketika kami menerima proposal gencatan senjata Mesir hari ini," kata Netanyahu.

"Tetapi Hamas memberi kami tidak ada pilihan selain memperluas dan mengintensifkan serangan terhadapnya," tambah dia.

Semalam Brigade Ezzeddine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, menolak proposal Mesir bagi gencatan senjata itu untuk diikuti oleh pembicaraan.

Jubir Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan gerakan tersebut tidak diajak konsultasi mengenai usaha gencatan senjata itu, dan menyebut gagasan menghentikan tembakan sebelum menyetujui syarat-syrata "tak dapat dditerima".

Seorang anggota politbiro di pengasingan dari Hamas, Musa Abu Marzuq, menyampaikan catatan yang lebih hati-hati, dengan menyatakan gerakan itu tak memiliki sikap resmi mengenai proposal tersebut dan pembahasan terus berlanjut.

Hamas mengatakan pihaknya menginginkan diakhirnya blokade Gaza oleh Israel dan pembukaan perbatasan Rafah dekat Mesir sebagai bagian perjanjian gencatan senjata.

Gerakan itu juga menginginkan Israel membebaskan warga Palestina yang ditangkap lagi setelah membebaskan mereka dalam pertukaran bagi seorang serdadu Israel yang ditahan militan Gaza pada 2011 selama lebih dari lima tahun.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014