Jejaring Sumatera Terang Untuk Energi Bersih yang terdiri dari 18 lembaga non-pemerintah di Pulau Sumatera mendesak agar pemerintah segera menghentikan energi fosil batu bara sebesar 3,7 gigawatt PLTU dan mempercepat transisi ke energi terbarukan.

"Kami ingin Sumatera bebas dari energi kotor batubara sebab banyak cerita kesengsaraan rakyat cukup untuk menjadi dasar bagi negara mengambil keputusan dan rencana negara untuk berhenti menggunakan batubara bara tapi tahun 2060 itu sudah terlalu terlambat," kata Ketua Kanopi Hijau Indonesia Ali Akbar saat memoderatori webinar bertema "Mengapa 3,7 GW PLTU batu bara di Sumatera harus dimatikan"? yang digelar dalam jaringan dan luar jaringan di Bengkulu, Rabu.

Desakan tersebut kata Ali sejalan dengan rencana pemerintah mempensiunkan dini PLTU batubara di Indonesia pada pertemuan G20 beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Penerapan SCR dapat kurangi dampak emisi PLTU

Dosen Jurusan Kelautan Universitas Bengkulu Dewi Purnama menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian, populasi penyu betina di perairan menurun 20 persen akibat krisis iklim.

"Informasi ini cukup sebenarnya untuk memberikan kita informasi bahwa telah terjadi penuruan populasi biota laut akibat krisis iklim," ujarnya.

Direktur Srikandi Lestari Sumatera Utara Sumiati Surbakti bahwa petani di sekitar PLTU Pangkalan Susu mengalami penurunan hasil pertanian lebih dari 50 persen yang sebelumnya mendapatkan rata-rata 300 kilogram.

Ia mengatakan berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2021 menyebutkan sekitar 828 juta orang menghadapi kelaparan yang kondisinya diperparah krisis iklim.

Baca juga: PLN uji coba bonggol jagung untuk bahan bakar PLTU

Selain itu, pembakaran fosil batu bara juga telah meracuni udara yang dihirup manusia dan polusi udara mengakibatkan 6,7 juta kematian pada 2019, sedangkan itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sedikitnya tujuh juta orang mengalami kematian dini per tahun, termasuk sekitar 600.000 anak di bawah usia 15 tahun akibat dari polusi udara.

Koordinator Sumsel Bersih Boni Bangun mengatakan saat ini Pulau Sumatera telah kelebihan daya listrik hampir 2.000 Megawatt (MW) sehingga patut dipertanyakan penambahan PLTU baru yang terus digenjot khususnya di wilayah Sumatera Selatan.  

Menurutnya di Provinsi Sumatera Selatan saja saat ini telah kelebihan daya listrik 1.300 MW tapi pemerintah terus menambah PLTU batu bara baru seperti PLTU Sumsel satu dan PLTU Sumsel delapan.

"Kami mendesak pemerintah menghentikan proyek PLTU Sumsel 1 dan Sumsel 8 karena Sumatera sudah kelebihan daya 2.000 MW dan Sumatera Selatan saja kelebihan daya 1.300 MW," katanya.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022