Dokter Spesialis Obstetric dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal dr. Lilia Mufida, SpOG mengatakan ibu hamil dengan obesitas dapat meningkatkan risiko kecacatan pada janin.
“Obesitas tersebut akan menyebabkan diabetes gestasional atau bahkan kalau dia tidak periksa sudah ada pre-diabetes itu akan meningkatkan kecacatan pada janin. Jadi, nanti potensi kecacatan pada janin akan lebih tinggi,” ucapnya dalam diskusi mengenai kehamilan risiko tinggi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Obesitas merupakan salah satu dari beberapa faktor kehamilan dengan risiko tinggi. Selain obesitas, kata Lilia, berat badan yang kurang juga menjadi risiko lain yang bisa berdampak pada janin yang dikandung tidak mendapat nutrisi, air ketuban sedikit, dan kurang gizi.
Selain itu, pada wanita yang hamil usia lebih dari 35 tahun menjadi faktor lainnya yang dapat menyebabkan suatu kehamilan menjadi lebih berisiko yaitu meningkatkan angka kecacatan janin. Sementara, ibu hamil dengan hipertensi akan berisiko menyebabkan preeklamsia atau tekanan darah yang terlalu tinggi dan berbahaya jika terjadi kejang dan bisa merusak semua organ.
Lilia mengatakan sebaiknya ibu yang akan merencanakan kehamilan dapat berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter kandungan tentang riwayat penyakit yang diderita sehingga saat hamil kondisi ibu dan janin optimal dan bisa mendapat edukasi untuk perbaikan gizi jika dibutuhkan.
“Setelah konsultasi dia akan mendapatkan edukasi serta pemeriksaan laboratorium dan USG misalnya untuk hamil pertama. Jika berencana mau hamil sebaiknya memang pemeriksaan dulu,” ucapnya.
Lilia juga menyarankan ibu hamil untuk melakukan USG fetomaternal guna mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai kondisi janin. USG ini akan memakan waktu yang lebih lama karena pemeriksaan yang lebih detail pada semua organ.
“USG-nya akan memakan waktu lebih lama, lebih detail jadi setiap organ akan diperiksa dan aliran darahnya, plasentanya, air ketubannya juga akan diperiksa. Kalau kita ingin mendapatkan hasil luar yang baik tentu saja janin tersebut harus kita periksa dengan baik,” ucap Lilia.
USG ini dilakukan dua kali dengan dokter konsultan sub-spesialis fetomaternal, yakni pada trimester pertama yang dilakukan pada usia kehamilan 12 sampai 14 minggu. Pada tahap ini, dokter akan melihat adanya kelainan seperti down syndrome atau kecacatan yang menyebabkan IQ rendah pada ibu hamil usia di atas 35 tahun.
Selanjutnya USG fetomaternal bisa dilakukan pada trimester kedua pada usia kehamilan 22 sampai 28 minggu, di mana organ-organ pada janin sudah terlihat jelas sehingga pemeriksaan bisa lebih lengkap dan optimal.
“Organ-organ janin sudah lebih terlihat jelas. Jadi biasanya kita melihat dari organ kepala, kaki, aliran darah yang ke rahim, aliran darah ke otak yang dari tali pusat apakah ada kelainan pada janin tersebut, kemudian semuanya kita nilai dan dikonsultasikan pada dokter kandungan,” ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter: Obesitas dapat tingkatkan risiko kecacatan pada janin
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
“Obesitas tersebut akan menyebabkan diabetes gestasional atau bahkan kalau dia tidak periksa sudah ada pre-diabetes itu akan meningkatkan kecacatan pada janin. Jadi, nanti potensi kecacatan pada janin akan lebih tinggi,” ucapnya dalam diskusi mengenai kehamilan risiko tinggi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Obesitas merupakan salah satu dari beberapa faktor kehamilan dengan risiko tinggi. Selain obesitas, kata Lilia, berat badan yang kurang juga menjadi risiko lain yang bisa berdampak pada janin yang dikandung tidak mendapat nutrisi, air ketuban sedikit, dan kurang gizi.
Selain itu, pada wanita yang hamil usia lebih dari 35 tahun menjadi faktor lainnya yang dapat menyebabkan suatu kehamilan menjadi lebih berisiko yaitu meningkatkan angka kecacatan janin. Sementara, ibu hamil dengan hipertensi akan berisiko menyebabkan preeklamsia atau tekanan darah yang terlalu tinggi dan berbahaya jika terjadi kejang dan bisa merusak semua organ.
Lilia mengatakan sebaiknya ibu yang akan merencanakan kehamilan dapat berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter kandungan tentang riwayat penyakit yang diderita sehingga saat hamil kondisi ibu dan janin optimal dan bisa mendapat edukasi untuk perbaikan gizi jika dibutuhkan.
“Setelah konsultasi dia akan mendapatkan edukasi serta pemeriksaan laboratorium dan USG misalnya untuk hamil pertama. Jika berencana mau hamil sebaiknya memang pemeriksaan dulu,” ucapnya.
Lilia juga menyarankan ibu hamil untuk melakukan USG fetomaternal guna mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai kondisi janin. USG ini akan memakan waktu yang lebih lama karena pemeriksaan yang lebih detail pada semua organ.
“USG-nya akan memakan waktu lebih lama, lebih detail jadi setiap organ akan diperiksa dan aliran darahnya, plasentanya, air ketubannya juga akan diperiksa. Kalau kita ingin mendapatkan hasil luar yang baik tentu saja janin tersebut harus kita periksa dengan baik,” ucap Lilia.
USG ini dilakukan dua kali dengan dokter konsultan sub-spesialis fetomaternal, yakni pada trimester pertama yang dilakukan pada usia kehamilan 12 sampai 14 minggu. Pada tahap ini, dokter akan melihat adanya kelainan seperti down syndrome atau kecacatan yang menyebabkan IQ rendah pada ibu hamil usia di atas 35 tahun.
Selanjutnya USG fetomaternal bisa dilakukan pada trimester kedua pada usia kehamilan 22 sampai 28 minggu, di mana organ-organ pada janin sudah terlihat jelas sehingga pemeriksaan bisa lebih lengkap dan optimal.
“Organ-organ janin sudah lebih terlihat jelas. Jadi biasanya kita melihat dari organ kepala, kaki, aliran darah yang ke rahim, aliran darah ke otak yang dari tali pusat apakah ada kelainan pada janin tersebut, kemudian semuanya kita nilai dan dikonsultasikan pada dokter kandungan,” ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter: Obesitas dapat tingkatkan risiko kecacatan pada janin
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022