Ketika diperkenalkan pada acara World Economic Forum di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu, ChatGPT yang dikembangkan dari teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) mendadak menjadi buah bibir.

ChatGPT adalah kecerdasan buatan generatif yang dikembangkan oleh OpenAI, startup yang fokus pada riset kecerdasan buatan. OpenAI didirikan oleh ilmuwan dan tokoh besar teknologi, salah satunya Elon Musk.

Melansir Reuters, ChatGPT berupa chatbot canggih yang bisa mempelajari data dalam jumlah yang sangat banyak supaya bisa menjawab berbagai pertanyaan. ChatGPT dilatih supaya bisa menjawab semirip mungkin dengan manusia, bahkan disebut bisa memberikan jawaban yang panjang.



Berkat kemampuan itu, ChatGPT mendapat sambutan hangat dari industri teknologi di Silicon Valley, baik dari segi investasi maupun minat menggunakan chatbot tersebut. Microsoft, salah satu investor OpenAI, akan menggelontorkan lebih banyak dolar untuk pengembangan kecerdasan buatan oleh OpenAI.

CEO Cloudfare Inc Matthew Prince menilai AI generatif seperti ChatGPT bisa memiliki kemampuan sebaik programmer junior. Cloudfare menggunakan teknologi semacam itu untuk menulis kode pada platform Workers.

Mereka berminat menggunakan teknologi serupa untuk menjawab pertanyaan konsumen dengan cepat, terutama untuk layanan yang gratis.

AI generatif tidak hanya berfungsi untuk data teks, ia juga bisa dilatih untuk mempelajari gambar. Melihat potensi itu, pimpinan produk di Meta Platforms Chris Cox melihat teknologi AI generatif bisa dikembangkan untuk membuat filter gambar, apalagi mereka memiliki aplikasi yang fokus pada konten visual, yaitu Instagram.

Penggunaan AI generatif ChatGPT tidak saja menjanjikan bagi pelaku teknologi, namun juga mahasiswa penyandang disabilitas untuk membantu mereka memahami perkuliahan.



Adam Whitehead, 30, mahasiswa filsafat di University of Melbourne, Australia, memiliki gangguan penglihatan. Dia menggunakan komputer dan teknologi berbasis kecerdasan buatan untuk membacakan materi kuliah dan mengikuti ujian.

Sementara Betty Zhang, mahasiswi bioteknologi yang aktif dalam grup advokasi kampus untuk pelajar yang memiliki disabilitas, menilai lumrah bagi universitas untuk menggunakan teknologi itu.

"AI punya potensi yang sangat besar, terutama untuk membuat materi belajar lebih bisa diakses," kata Zhang.

Pewarta: Natisha Andarningtyas

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023